Page 146 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 146

ditinggalkan  warga  Ahamadiyah  karena  mendapatkan  pengusiran  dari  warga

                        setempat.
                             Dua  tokoh  perempuan  dalam  novel  Maryam  karya  Okky  Madasari

                        diceritakan berada dalam wilayah arus bias gender. Mereka adalah Maryam dan

                        Fatimah. Dua kakak beradik ini memang tidak mengalami persoalan perempuan
                        dalam  tindak  kekerasan  gender  atau  pelabelan  gender.  Akan  tetapi,  mereka

                        menghadapi persoalan tentang budaya perjodohan dalam ruang lingkup keyakinan
                        Ahmadiyah. Mereka ditekankan untuk menikah dengan sesama orang berkeyakinan

                        Ahmadiyah.  Pesoalan  ini  adalah  wujud  patriarki  dalam  komunitas  Ahmadiyah

                        dengan tujan untuk memurnikan dan memperkuat kelompok Ahmadiyah. Namun
                        dalam kelompok ini tampak bahwa kaum laki-laki memiliki peran penting dalam

                        membuat  keputusan  untuk  menentukan  nasib  perempuan,  sebagai  bentuk  dari
                        budaya patriarkhi (Fakih, 2013).

                             Novel  ini  banyak  mengungkap  tentang  tertindasnya  kaum  minoritas  oleh
                        kaum mayoritas. Kaum minoritas digambarkan sebagai kelompok Ahmadiyah yang

                        terdiri  atas  kaum  laki-laki,  kaum  perempuan,  dan  anak-anak  mereka.  Mereka

                        mendapatkan perlakuan dari kaum mayoritas dengan cara pengusiran, pembakaran
                        rumah,  dan  berbagai  perlakuan  yang  tidak  manusiawi  lainnya.  Dahulu  kala,

                        Ahmadiyah  di  Indonesia  bukan  merupakan  sebuah  persoalan,  namun  seiring
                        berjalannya  waktu  kelompok  Ahmadiyah  menjadi  sebuah  persoalan  besar  bagi

                        masyarakat  Indonesia  yang  mayoritas  beragama  Islam  dan  mengakui  hanya

                        Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul yang terakhir. Namun jika dilihat dari sisi
                        permasalahan  sosil  dan  kemanusiaan,  maka  ketidakadilan  sosial  yang  dihadapi

                        jemaah Ahmadiyah dalam novel ini pantas dikaji dengan kritik feminis transformasi
                        gender (Fakih, 2013).

                             Pada novel Maryam masih terdapat data-data teks bermuatan feminisme yang

                        bisa dikaji dengan kritik feminis ideologis. Misalnya, sistem budaya patriarki yang
                        diperlihatkan  dalam  bentuk  perjodohan  yang  sudah  membudaya  di  kalangan

                        Ahmadiyah.  Kemudian  sosok  Maryam  yang  tegas  dan  berani  dalam
                        memperjuangkan jemaah Amadiyah mendapatkan perlindungan dan keamanan dari







                                                                                                    141
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151