Page 54 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 54

Dari  Anson  Wis  mendapatkan  kabar  bahwa  Upi  mati  tebakar  dalam

                        kerangkengnya.  Mereka  semua  di  mata  hukum  sudah  dianggap  pula  sebagai
                        buronan. Wis menyarankan agar Anson dan yang lainnya untuk sementara waktu

                        bersembunyi di suatu tempat. Wis berupaya pergi menghilang untuk penyembuhan

                        fisik dan mentalnya, namun tidak ke prabumulih. Wis khawatir orang-orang yang
                        mengawasinya  akan  mendatangi  Kepastoran  Prabumulih.  Wis  memilih

                        mengamankan  dirinya  ke  Lahat,  dan  akan  menemui  suster-suster  di  Boromeus
                        Lahat. Suster-suster itu adalah orang-orang yang sudah mengenali diri Wis.

                               Beberapa hari Wis dirawat di Boromeus, sebuah mobil membawa Wis ke

                        suatu  tempat  yang  hanya  diketahui  lima  orang  suster  itu  dan  seorang  dokter.
                        Hierarki  gereja  setempat  mengumumkan  kepada  masyarakat  bahwa  pastor

                        Athanasius Wissanggeni telah menghilang. Sebagian orang mempercayai Wis telah
                        meninggal. Di sebuah tempat yang rahasia, Wis dirawat dan disembuhkan dalam

                        waktu tiga bulan oleh team medis itu. Sampai peristiwanya selesai di pengadilan
                        selama  dua  tahun,  Wisanggeni  kemudian  mengganti  identitas  namanya  dengan:

                        Saman.

                               Alur cerita yang menggambarkan masyarakat transmigrasi Sei Kumbang
                        diteror, ditindas, dan kemudian Wis juga ditanggkap, disiksa, disekap dalam pabrik

                        minyak  sawit  hingga  dirinya  berganti  identitas  dengan  nama  Saman,  dalam
                        pengertian Fakih (2013) peristiwa tersebut merupakan ketidakadilan oleh sistem

                        dan penindasan oleh sistem. Wis yang kemudian berganti nama menjadi Saman

                        adalah  motif  dari  perjuangan  feminis  transformasi  gender  (Fakih,  2013)  yang
                        dilakukan di kemudian hari oleh Saman, Laila, Yasmin, dan Sihar, termasuk tindak

                        penindasan oleh Rosano.
                               Selesai Laila berjuang bersama Saman, Sihar, dan Yasmin, maka di antara

                        Laila dan Sihar berlangsung sebuah hubungan yang bersifat pribadi. Meski lambat

                        laun Laila mengetahui jika Sihar sudah kawin dan punya istri. Namun struktur id
                        yang tengah menguasai diri Laila sudah tidak bisa menghapus perasaa cintanya

                        terhadap Sihar. Mereka kemudian melanjutkan hubungan itu tanpa diketahui oleh
                        istri Sihar.







                                                                                                     49
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59