Page 49 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 49

dilahirkan di sini! (1998, hlm. 60).” Namun, Wis menjadi tenang ketika Ichwan

                        berencana membawa istrinya ke Jakarta, ke rumah orang tuanya untuk melahirkan
                        di Jakarta. Mereka ngobrol cukup lama, sehingga mulai tercipta keakraban di antara

                        mereka.

                               Dua bulan kemudian Asti melahirkan bayinya di Jakarta. Ichwan sebelum
                        berangkat  ke  di  Jakarta,  dan  berencana  dalam  dua  bulan  tinggal  di  Jakarta,  dia

                        sempat  menitipkan  kunci  rumah  kepada  Wis  agar  ditempatinya  dulu.  Ketika
                        memasuki  rumah  itu,  setelah  sepuluh  tahun  tak  kembali,  Wis  masih  mencoba

                        mencari suara-suara halus yang dulu pernah kerap berbisik di belakang telinganya.

                        Tak disangka ketika hari mulai gelap, Wis melihat sesosok mahluk di balik jendela,
                        seperti bayangan anak perempuan. Wis dalam halusinasinya membayangkan jika

                        itu adalah arwah adiknya yang meninggal setelah dilahirkan ibunya. Tetapi dugaan
                        Wis  salah,  karena  ketika  dikejar  ke  dalam  hutan,  gadis  remaja  itu  langsung

                        menghilang. Ternyata tubuhnya sudah berada di sebuah sumur tua. Gadis remaja
                        itu telah terjatuh ke dalam sumur itu.

                               Wis dan masyarakat setempat mengevakuasinya. Wis baru mengetahu dari

                        ibunya bahwa namanya adalah Upi. Keluarganya memberitahukan jika gadis itu
                        sudah gila sejak lahir. Wis merasa kasihan karena Upi yang gila dan berwajah cacat

                        ternyata  dikerangkeng  dalam  rumah  panggung  berbilik  kayu  berukuran  satu
                        setengah kali dua meter. Gelap tanpa sinar yang memadai. Wis tidak tega melihat

                        penderitaannya. Sedangkan keluarganya sudah tak berdaya menghadapi perilakuny

                        yang  kerapkali  membahayakan  masyarakat  sekitarnya.  Wis  memutuskan  untuk
                        membuatkan rumah kerangkengan yang lebih besar dan layak ditempati Upi. Wis

                        ingin Upi lebih leluasa bergerak ke sana kemari di dalam ruangannya itu.
                               Selama  dua  bulan  di  Lubukrantau,  Wis  mulai  membuatkan  rumah  bilik

                        untuk Upi dengan dana dari keuskupan di Palembang. Wiss juga melaksanakan

                        tugas sosial lainnya dengan memberikan penyuluhan atau membantu para petani
                        desa transmigrasi Sei Kumbang dengan mendistribusikan pupuk dan bibit pertanian

                        bersama Anson dan Nasri, kakanya Upi. Sebagai seorang agamawan, Wis dengan









                                                                                                     44
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54