Page 45 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 45

Sejak peristiwa meledaknya kilang minyak Lepas Pantai Laut Cina Selatan,

                        keakraban antra diri Laila dengan Sihar mulai terjalin. Pada pertemuan awal, Laila
                        sudah merasakan simpatik pada lelaki itu. Dalam pandangannya, Sihar adalah lelaki

                        yang  cerdas,  idealis,  dan  penuh  dengan  tanggung  jawab  tinggi  terhadap  para

                        bawahannya.  Ada  satu  hal  yang  menarik  bagi  Laila  di  dalam  diri  Sihar,  yaitu
                        pembawaannya yang sopan namun sikapnya sama sekali tak acuh.

                               Sihar memukul-mukulkan tangannya ke bangku mika bandara Pulau Matak
                        yang menyebabkan kulit ari tangannya lecet. Kemudian Sihar mengutuki dirinya.

                        Dia merasa tak bisa mencegah kecelakaan yang menewaskan teman-temannya itu.

                        Superego Laila kemudian hadir dalam dirinya dengan menahan tindakan-tindakan
                        Sihar ketika berusaha mencelakai dirinya. Laila memohon terus pada Sihar agar

                        tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti dirinya itu sambil berguman, Sihar,
                        nyawa manusia di tangan Tuhan (1998, hlm. 18).

                               Sebelum keberangkatan pulang ke tempat masing-masing, yaitu Laila ke
                        Jakarta  dan  Sihar  ke  Palembang,  melalui  struktur  ego-nya  Laila  mencoba

                        menyarankan Sihar agar kecelakaan itu dibawa saja ke jalur hukum. Sekian lama

                        perdebatan terjadi di antaraa Sihar dan Laila karena Sihar merasa pesimis untuk
                        melawan  Rosano,  anak  pejabat  departemen  pertambangan  yang  tak  mungkin

                        dilawannya. Namun Rosano akhirnya luluh takala Laila meyakini dirinya dengan
                        mencoba memberikan bantuan hukum melewati temannya yang bernama Saman,

                        yaitu seorang pengacara muda dan aktivis perburuhan yang berdomisili di Sumatra

                        Selatan. Kemudian Rosano pun meminta Laila, “Bisakah kamu ikut ke Palembang
                        dan  menghubungkan  saya  dengan  teman-eman  kamu  itu?  (1998,  hlm.  23).”

                        Perdebatan  di  antara  mereka  selesai  yang  diakhiri  dengan  kesanggupan  Sihar
                        mengikuti saran Laila untuk memperjuangkan kasus tersebut melalui jalur hokum.

                        Perdebatan ini munculkan muatan feminisme transformasi gender (Fakih, 2013,

                        hal. 165-166). Dalam arti bahwa Laila mencoba berjuang dengan membantu Sihar
                        untuk melawan ketidakadilan sistem yang dilakukan oleh Cano Rosano.

                               Akhirnya Laila mengurungkan niatnya pulang ke Jakarta dengan mengubah
                        rute  perjalanannya  ke  Palembang  bersama  Sihar  dalam  upaya  merencanakan







                                                                                                     40
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50