Page 48 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 48

dirinya, hal apakah sebenarnya yang telah terjadi sehingga lelaki itu berganti nama

                        menjadi “Saman”?
                               Melalui teknik alur mundur dikisahkan tentang sosok lelaki remaja bernama

                        Athanasius Wisanggeni. Lelaki calon pastor muda yang kuliah di dua tempat yaitu

                        di sekolah tinggi filsafat teologi Driyakara Jakarta dan Institut Pertanian Bogor.
                        Setelah penetapan sakramen pada Wis menjadi seorang pastor, dan mendapat gelar

                        sebagai Pater Wissangeni atau Romo Wis, kemudian dirinya meminta ijin pada
                        seniornya, Romo Daru agar dirinya bisa bertugas di Prabumulih, Sumatra Selatan.

                        Sebuah kota kenangan masa kecil Wis bersama ayah dan ibunya, besama misteri

                        ibunya dan adiknya yang ada dalam kandungan ibunya. Mereka kini sudah tiada.
                        Wis ingin menuntaskan misteri itu.

                               Selama dalam perjalanan menuju Prabumulih dengan menggunakan kapal
                        laut, Wis mulai mengenang masa-masa saat dirinya harus berpindah dari tempat

                        kelahirannya dari Yogyakarta ke Prabumulih. Kala itu usianya masih empat tahun.
                        Ayah  Wis  yang  bekerja  di  BRI  Yogyakarta  dimutasikan  ke  Prabumulih  untuk

                        menempati tugasnya yang baru sebagai kepala cabang. Pada awal kehidupannya di

                        Prabumulih, Wis mendapat kejadian yang aneh pada ibunya yang hamil dua kali
                        namun bayi pertama tidak pernah lahir ke dunia. Pada kehamilan ketiga, ibunya

                        melahirkan  bayi  perempuan,  namun  kehiduppan  adiknya  Wis  itu  hanya
                        berlangsung dalam waktu satu hari. Wis mulai terpaksa untuk belajar memahami

                        hal-hal ghaib itu, karena kala itu dirinya sudah memasuki bangku Sekolah Dasar.

                        Hingga Wis berumur enam belas tahun, Ayahnya berpindah tugas kerja ke Jakarta.
                               Sesampainya  di  Prabumulih,  Wis  sengaja  pergi  ke  Lubukrantau  untuk

                        melihat  bekas  rumahnya  dulu,  Wiss  tak  terlalu  menemui  perubahan  dengan
                        bangunan  rumah  itu.  Wiss  bertemu  pemilik  rumahnya  yang  tengah  hamil  tua.

                        Perempuan itu bernama Asti. Sementara suaminya yang bernama Ichwan sedang

                        tidak  di  rumahnya.  Setelah  beberapa  hari  kembali  dan  berdiam  di  Kepastoran
                        Prabumulih, Wis mendatangi kembali rumah yang pernah ditinggalinya itu. Kali ini

                        Wiss bertemu dengan suami Asti. Sampailah obrolan Ichwan pada rencana istrinya
                        melahirkan.  Wis  sempat  was-was  hingga  melontarkan  kata-kata,  “Jangan







                                                                                                     43
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53