Page 53 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 53
ditumpanginya terhenti, dijejaknya tubuh Wis keluar dari mobil, Wis merasakan
jika tengkuknya telah dihantam sesuatu.
Wis baru tersadar jika dirinya menjadi tahanan orang-orang tak dikenal di
suatu tempat yang tak diketahuinya. Gelap, pengap, dan kotor ruangan itu. Selama
empat belas hari dalam penyekapan, setiap harinya Wis tak pernah melewatkan
penyiksaan dari mereka. Dipukul, ditendang, disengat listrik, disundut dengan
rokok, atau dijepit jari tangan oleh penjepit besi agar Wis mengakui bahwa dirinya
adalah oknum yang kerap melakukan provokator pada masyarakat transmigran.
Bahkan mereka telah menuduh Wis sebagai anggota pemberontak yang suka
menentang berbagai kebijakan pemerintah. Sejak itu, Wis benar-benar merasa putus
asa, dan tak percaya lagi dengan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Pada suatu malam yang gelap gulita, tak pernah ada lampu penerangan
dalam ruang yang pengap itu, Wis mencium bau asap yang menyusup ke sela-sela
pintu. Semakin tebal dan pekat asap itu, lama-kelamaan asap itu berubah menjadi
api yang menggerogoti pintu kamarnya. Wis sudah pasrah jika dirinya harus mati,
karena tubuhnya pun sudah begitu lemah dan sakit. Nafasnya semakin sesak oleh
asap tebal yang ada di ruangan itu. Tiba-tiba Wis mendengar suara-suara di luar
ruangan yang sudah dikenalinya. Kemudian Wis merasa ada sebuah kekuatan pada
tubuhnya yang sudah kurus dan lemah untuk segera bangkit. Wis dengan segenap
kekuatannya menjebol pintu ruangan yang sudah keropos oleh api. Kemudian Wis
berlari-lari mencari lorong yang menuju ke luar gedung, dan dirinya telah
menemukan pint lorong untuk ke luar yang mulai dilalap api. Wis berlari terus
menerpbos api hingga bisa keluar dari gedung. Setelah di luar, Wis ternyata
bertemu dengan Anson dan beberapa pemuda kampung. Mereka lalu menangkap
tubuh Wis. Mereka tak mengetahui jika Wis ada di dalam gedung pabrik. Padahal
Anson denga para pemuda itu tengah membakar gedung pabrik minyak sawit yang
baru dibangun itu. Selanjutnya anak-anak muda itu membopong Wis yang sudah
lemah dengan upaya bergantian, meninggalkan pabrik sawit untuk mencari tempat
yang aman.
48