Page 96 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 96

tuanya. Tak heran jika Myrna merupakan sosok janda yang memiliki sikap terjaga

                        dan kolot. Myrna juga mampu membedakan suatu perbuatan di antara baik dan
                        buruk atau benar dan salah.

                            Bedasarkan  perspektif  feminisme,  tokoh  prempuan  bernama  Myrna  berasal

                        dari  masyarakat  kelas  bawah.  Dalam  hidupnya  yang  menjanda,  Myrna  banyak
                        menghadapi perlakuan yang tidak adil baik dari masyarakat sekitar maupun dari

                        sistem. Ketidakadilan yang dirasakan Myrna adalah dalam bentuk pelabelan gender
                        dari masyarakat beserta tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh sistem.

                        Myrna  juga  sebagai  sosok  perempuan  yang  menolak  budaya  patriarkhi  dalam

                        bentuk perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya kepada Winata. Melihat
                        persoalan-persoalan gender yang dihadapi tokoh Myrna, maka novel ini dapat dikaji

                        dengan kritik feminis  ideologis (Djajanegara, 2003). Sementara ragam  tindakan
                        sewenang-wenang oleh penguasa terhadap masyarakat lemah dapat dikaji dengan

                        kritik feminis tranformasi gender (Fakih, 2013). Melihat pada upaya Remy Sylado
                        yang memunculkan berbagai persoalan gender, maka Remy dapat dikategorikan

                        sebagai  pengarang  profeminis  yang  cenderung  beraliran  feminis  radikal.  Pada

                        prolognya, Myrna mengisahkan tentang kehidupanya dan pandangannya tentang
                        hidup.  Dari  hal-hal  yang  dikisahkan  oleh  Myrna  disertai  dengan  segala

                        femahamannya, menunjukkan dalam diri Myrna tertanam jiwa feminis. Statusnya
                        yang  selalu  distereotipe  miring  dengan  sebutan  “janda”  membuat  dirinya  tidak

                        merasakan  kenyaman  dalam  lingkungan  sosialnya.  Pandangan  Myrna  tengtang

                        stigma negatif masyarakat terhadap status dirinya dapat dikaji dengan kritik sastra
                        feminis  ideologis.  Namun  dalam  upayanya  memperjuangkan  hak-hak  untuk

                        mengambil kembali harta miliknya atas peninggalan suami berupa rumah dan tanah
                        warisan almarhum suaminya dari yang merampasnya, maka dapat digunakan kajian

                        kritik  feminis  transformasi  gender  (Fakih,  2013).  Myrna  tidak  hanya

                        mempermasalahkan  pelabelan  gender  pada  dirinya,  namun  mempermasalahkan
                        juga tindakan sistem, yaitu pengadilan lebih berpihak pada golongan tertentu dalam

                        memutuskan perkara kepemilikan tanah dan rumah peninggalan suaminya. Remy
                        Sylado  juga  mengangkat  persoalan  lainnya  yakni  tentang  perilaku  dan  tindak







                                                                                                     91
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101