Page 107 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 107
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Bagi Hamzah Fansuri syariat mengandung makna yang dalam (`amiq) dan cahaya
syariat ini menerangi seluruh negeri Mekkah. Ia adalah jalan yang sempurna
menuju kebenaran, apabila dihayati secara mendalam. Melaluinya banyak
orang kafir menjadi kawan. Karena maknanya yang dalam itu syariat tidak
bisa diabaikan dan teramat penting di jalan tasawuf. Dalam risalahnya Syarab
al-`Asyiqin Hamzah Fansuri menyatakan bahwa syariat merupakan permulaan
jalan tasawuf sebelum seseorang memasuki tariqat, yaitu metode keruhanian
untuk membimbing jiwa ke jalan lurus. Selanjutnya sang sufi menyatakan Bagi Hamzah Fansuri
syariat mengandung
bahwa makna batin syariat ialah kewajiban berbuat kebajikan di dunia dan makna yang dalam
menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Wujud lahirnya ialah amal saleh dan amal (`amiq) dan cahaya
syariat ini menerangi
ibdah, berupa pelaksanaan rukun Islam yang lima ; sedangkan wujud batinnya seluruh negeri Mekkah.
ialah niat hati yang ikhlas dan kesediaan mengurbankan kepentingan diri demi Ia adalah jalan yang
40
tujuan ketuhanan. Kata-kata syariat sendiri berasal dari syar, artinya jalan sempurna menuju
besar, karena itu tidak boleh diabaikan. Sedangka kata-kata tariqat, berasal dari kebenaran, apabila
dihayati secara
kata tariq, artinya jalan kecil. Ia adalah metode-metode untuk meningkatkan mendalam. Melaluinya
jiwa secara moral. Ragamnya banyak sekali, sesuai dengan pengalaman yang banyak orang kafir
diperoleh para ahli tariqat, yang kemudian dirumuskan dengan cara tertentu. menjadi kawan. Karena
maknanya yang dalam
Pernyataan Hamzah Fansuri itu dengan sendirinya menjawab tuduhan ulama- itu syariat tidak bisa
ulama tertentu seperti Nuruddin al-Raniri yang mendakwa bahwa para diabaikan dan teramat
sufi Melayu pada abad ke-17 M, termasuk Hamzah Fansuri, banyak yang penting di jalan
tasawuf.
mengabaikan syariat. Pernyataan tersebut diperkuat dalam syairnya yang lain:
41
Aho segala kita yang membawa iman
Jangan berwaktu mengaji al-Qur’an
Halal dan haram di dalamnya terlalu bayan (nyata)
Jalan kepada Tuhan dalamnya `iyan (jelas)
Qur’an itu ambilkan dalil
Pada mizan Allah supaya thaqil
Jika kau ambilkan syariat akan wakil
Pada kedua alam engkaulah jamil
Kerjakan salat lagi dan sa`im
Indahkan makna bernama qa`im
Pada segala malam kurangkan na`im
Menafikan alam kerjakan da’im 42
Catatan: ”Pada mizan Allah supaya thaqil” artinya supaya timbangan amal
perbuatan manusia didasarkan pada al-Qur’an.; “Pada kedua alam engkaulah
jamil” artinya di alam dunia dan akhirat akan selamat sebab menjadi pribadi
yang lurus dan indah; ”sa`im” ialah puasa di bulan Ramadhan; ”kurangkan
na`im” artinya kurangi tidur selama bulan Ramadhan; ”menafikan alam” artinya
membebaskan diri dari kungkungan hidup serba duniawi atau materialistis.
93