Page 132 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 132
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Raja Melayu lain yang perangainya buruk dan membawa bencana bagi negeri
dan rakyat, dicontohkan oleh Raja Ali Haji ialah Raja Keciik Siak dan Raja
Kecik Trengganu. Raja Kecik Siak digambarkan sebagai tokoh yang gemar
memperlihatkan kekuasaan dengan segala tipu muslihat tanpa mampu
mengukur kekuatan dirinya. Dia ingin merebut kekuasaan dari tangan Raja
Abdul Jalil karena merasa bahwa dialah satu-satunya anak almarhum Sultan
Mahmud. Siasat yang dilakukan ialah menakut-nakuti dan memecah belah
rakyat. Karena rakyat takut akan tulah almarhum Sultan Mahmud, maka maka
banyaklah orang membelot kepadanya dan dengan mudah Sultan Abdul Jalil
mudah dikalahkan. Raja Kecik juga dilukiskan sebagai orang bengis dan kasar,
serta tega mencemarkan nama baik keluarga.
Adapun Raja Kecik Trengganu adalah Yang Dipertuan Besar Negeri Trengganu,
putra Sultan Zainal Abidin Syah dari Trengganu. Dia adalah ketua dari suku-
suku Melayu yang anti keturunan Bugis di Riau. Banyak fitnah disebarkan dan
upaya dilakukan untuk melenyapkan Melayu keturunan Bugis di Riau. Dia juga
menghasut Belanda untuk membantu Melayu Riau menghalau orang Bugis
dengan alasan bahwa itulah yang dikehendaki Sultan Sulaiman, ayah mertuanya.
Sultan Sulaiman menanggung malu karena hasutan itu menyebabkan Raja
Haji dari Riau harus berperang melawan Belanda dan harus menanggung pula
hutang kepada Gubernur Melaka. Yang melunasi pembayaran hutang itu ialah
orang-orang Melayu keturunan Bugis. Secara umum Raja Ali Haji melukiskan
dalam Tuhfat al-Nafis keunggulan orang Melayu (keturunan Bugis) yang memiliki
ethos kerja yang terpuji dan lebih mengutamakan ikhtiar serta akal budi dalam
mengatasi berbagai persoalan. Kedaya-upayaan mereka dalam bidang ekonomi
berkaitan dengan ketangguhan mereka berpegang pada identitas budaya dan
memelihara istiadat kecendikiawanan.
Lebih dari itu Raja Ali Haji menggambarkan dengan cermat dalam betapa
dahsyatnya proses demoralisasi yang melanda kehidupan raja-raja dan bangsawan
Melayu selama Inggris dan Belanda menancapkan taring kekuasaannya di
Raja Ali Haji
menggambarkan kepulauan Melayu. Hanya melalui proses demoralisasi itu mereka menguasai
dengan cermat dalam Nusantara. Hal itu ditambah lagi dengan pertikaian dan perpecahan yang sering
betapa dahsyatnya terjadi di kalangan pemimpin Melayu sendiri. Perpecahan semakin parah karena
proses demoralisasi
yang melanda kelobaan dan saling mendengki antara para pemimpin dari masing-masing
kehidupan raja-raja dan kaum dalam masyarakat Melayu.
bangsawan Melayu
selama Inggris dan
Belanda menancapkan Sebagai karya adab, Tuhfat al-Nafis juga mempebicarakan masalah raja yang
taring kekuasaannya baik dan yang buruk, yang adil dan yang zalim. Raja yang buruk biasanya
di kepulauan Melayu. congkak, serakah, jahat, iri hati, pendengki dan sok benar sendiri, serta gemar
Hanya melalui proses
demoralisasi itu mereka menghambur-hamburkan uang, tidak acuh pada masalah administrasi, tidak
menguasai Nusantara suka humor dan menghambat kemajuan berpikir. Kaum ulama, cendikiawan
dan budayawan dipinggirkan dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara
118