Page 128 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 128

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Sebagai bentuk puisi Melayu, gurindam memang tak sepopuler pantun, syair
                                    dan taromba. Tetapi di tangan Raja Ali Haji bentuk puisi yang terdiri dari dua
                                    baris, yang terkadang mirip pantun ini dalam susunan, menjadi popular. Menurut
                                    Raja Ali Haji, gurindam itu adalah perkataan yang bersajak juga pada alkhir
                                    pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja.
                                    Baris pertama merupakan syarat atau sampiran, dan baris kedua pasangannya
                                    berperan sebagai jawab, atau isi. Adapun isi Gurindam Dua Belas itu adalah
                                    ajaran sufi tentang kearifan dan pandangan hidup menurut agama Islam.  Di
                                                                                                          79
                                    sini kami kutip beberapa pasal:

                                           Barang siapa tiada memegang agama
                                           Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama


                                           Barang siapa mengenal yang empat
                                           Maka yaitulah orang yang makrifat

                                           Barang siapa mengenal Allah.
                                           Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah


                                           Barang siapa mengenal diri
                                           Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari

                                           Barang siapa mengenal dunia
                                           Tahulah ia barang yang terperdaya

                                           Barang siapa mengenal akhirat
                                           Tahulah ia dunia mudharat

                                                                 (Pasal 1)



                                           Apabila terpelihara mata
                                           Sedikitlah cita-cita

                                           Apabila terpelihara kuping
                                           Khabar yang jahat tiadalah damping

                                           Apabila terpelihara lidah
                                           Niscaya dapat daripadanya faedah

                                           Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
                                           Daripada segala berat dan ringan

                                           Apabila perut terlalu penuh
                                           Keluarlah fi`il yang tiada senonoh





                    114
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133