Page 125 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 125

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                  La ilaha `illa Allah itu terlalu nyata
                  Tauhid makrifat semata-mata
                  Memandang yang gaib semuanya nyata
                  Lenyapkan ke sana sekalian kita

                  La ilaha `illa Allah tempat mengintai
                  Medan yang qadim tempat berdamai
                  Wujud Allah terlalu bitai
                  Siang malam jangan bercerai


                  La ilaha `illa Allah tempat mushahadh
                  Menyatakan tauhid jangan berubah
                  Sempurnakan jalan iman yang mudah
                  Pertemuan (dengan) Tuhan terlalu susah 76




           Penggunaan tamsil kayu atau perahu untuk menggambarkan tubuh jasmani
           atau tubuh rohani manusia telah muncul semenjak lama, mungkin sebelum
           Hamzah Fansuri. Hamzah Fansuri misalnya mengumpamakan perahu sebagai
           syariat,  kemudi  dan  peralatannya  sebagai  tariqat,  muatan  yang  dibawanya
           sebagai hakikat, dan laba yang akan diperoleh (bila pelayaran selamat) sebagai
           makrifat.

           Apabila dibaca dengan penghayatan dalam dan khusyuk,  Syair Perahu  akan
           menimbulkan ekstase (wajd)  bagi pembacanya sebagaimana ketika orang
           berzikir. Memang syair-syair sufi biasanya ditulis untuk dihafal dan dibacakan
           dalam majlis-majlis zikir atau pada acara sama` (konser musik kerohanian) yang
           mereka selenggarakan. Selain itu juga lazim diberi tafsiran agar dipahami isinya
           oleh pembaca.






























                                                                                                111
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130