Page 122 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 122

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    yang menarik ialah karena di dalam buku ini dimuat fatwanya tentang akibat
                                    buruk membaca hikayat-hikayat warisan zaman Hindu. Nuruddin mengecam
                                    kegemaran masyarakat Melayu terhadap hikayat-hikayat warisan zaman Hindu
                                    seperti  Hikayat Seri Rama, Hikayat indera Putra, Hikayat Isma Yatim, Hikayat
                                    Pandawa Lima, dan lain-lain. Pekerjaan seperti itu menurutnya mudharat dan
                                    bisa  menyesatkan  aqidah  dan  keimanan,  sebab  ceritanya  banyak  berkenaan
                                    dengan dewa-dewa. Setelah fatwa itu penulis-penulis Melayu menggubah
                                    kembali kisah-kisah warisan zaman Hindu itu menjadi hikayat-hikayat baru yang
                                    bernafaskan Islam.












                                    Perkembangan Sastra Sufi





                                    Sesudah munculnya Hamzah Fansuri puisi Melayu mengalami perkembangan
                                    pesat di Aceh dan wilayah taklukannya. ‘Syair’, puisi empat baris dengan skema
                                    rima akhir AAAA pada setiap barisnya, yang diperkenalkan olehnya memberi
                                    daya tarik kuat bagi penulis-penulis sesudahnya sebagaimana bentuk puisi
                                    ‘pantun’ yang lebih dulu muncul. Sebagai bentuk puisi, syair Melayu dapat
                                    digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran pengarangnya secara
                                    langsung, dan juga bisa digunakan untuk tujuan naratif.

                                    Jika pada mulanya syair digunakan untuk menulis pengalaman kesufian,
                                    kemudian ia juga digunakan untuk tujuan menyampaikan kisah kepahlawanan
            Dalam sastra berbahasa
                Aceh puisi juga     (epos), sejarah, roman dan sebagainya. Di antara epos Melayu awal yang ditulis
            digunakan untuk tujuan   dalam bentuk syair ialah  Syair Perang Makassar karangan Encik Amin, yang
             serupa, seperti terlihat   belajar tasawuf di Aceh pada abad ke-17 M. Dalam sastra berbahasa Aceh
             pada Hikayat Perang
              Sabil karangan Cik    puisi juga digunakan untuk tujuan serupa, seperti terlihat pada Hikayat Perang
             Pante Kulu pada abad   Sabil karangan Cik Pante Kulu pada abad ke-17 semasa Perang Aceh melawan
             ke-17 semasa Perang    kolonial Belanda berkecamuk. Syair Cik Pante Kulu mampu mengobarkan
            Aceh melawan kolonial   semangat perlawanan rakyat Aceh yang heroik setelah beberapa saat kendor
             Belanda berkecamuk.
              Syair Cik Pante Kulu   akibat pemimpin mereka ditangkap oleh Belanda.
             mampu mengobarkan
             semangat perlawanan
               rakyat Aceh yang     Syair-syair tasawuf Aceh dan Barus memiliki keistimewaan dan daya tarik sendiri
                heroik setelah      karena ajaran dan pengalaman kerohanian yang disampaikannya. Murid Hamzah
             beberapa saat kendor   Fansuri yang dikenal sebagai penyair ialah Abdul Jamal dan Hasan Fansuri. Di
               akibat pemimpin
            mereka ditangkap oleh   samping mereka erdapat penyair lain yang tidak menyebut namanya (anonim),
                   Belanda.         misalnya penulis versi-versi terpisah Syair Dagang, Syair Perahu dan Ikat-ikatan
                                    Bahr al-Nisa.’ 71




                    108
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127