Page 117 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 117

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Dalam fasal ke-20 dikemukakan kewajiban dan hak seorang raja di antaranya
           ialah:: (1) Tidak menyombongkan diri dan memudah-mudahkan persoalan atau
           kesukaran yang dihadapi rakyat;(2) Tidak sepatutnya mendengar hanya dari satu
           dua golongan, sedangkan dalam masyarakat Muslim terdapat banyak golongan
           dan mazhab; (3) Tidak mudah memurkai orang Islam hanya berdasarkan berita
           yang tidak  benar atau kecurigaan; (4) Seorang raja berkewajiban melindungi
           orang beragama dari ancaman pemurtadan;  (5)  Tidak boleh menginginkan istri
           bawahan dan rakyat; (6)  Banyak berdialog dengan ulama, cendekiawan, orang
           arif dan pemimpin non-formal; mengurangi bertemu dengan orang bebal,
           tamak dan jahat.; (7) Menghormati orang tua dan menyayangi fakir miskin;
           (8) Memenuhi janji kepada kaum Muslimin apabila memang pernah berjanji;
           (9) Tidak merendahkan hukum Islam, bahkan harus berusaha menegakkann
           hukum yang relevan; (10) Tidak menyebarluaskan berita atau pendapat yang
           menimbulkan fitnah  dan kejahatan; (11) Memberi perhatian kepada fakir miskin;
           (12) Ingat akan mati; (13) Membuat banyak jalan raya dan sarana public; (14)
           Meningkatkan transportasi, perdagangan dan kegiatan ekonomi penduduk;
           (15) Menyalurkan dana dari pungutan  pajak dan beacukai  untuk keperluan
           yang tepat; (16) Tidak boleh menyelewengkan wakaf; (17) Membanyak rumah
           sakit, sarana pengajaran dan pendidikan, serta rumah ibadah.











           Nuruddin al-Raniri dan Bustan al-Salatin





           Ulama dan sastrawan besar Aceh yang tidak kalah masyhur dari Hamzah Fansuri
                                                                                          Ulama dan sastrawan
           dan Syamsudin Pasai ialah Nuruddin al-Raniri. Nama lengkap berikut gelar yang   besar Aceh yang tidak
           diberikan  kepadanya  ialah    al-`Alim  Allama  al-Mursyid  ila  al-Tariq  al-Salama   kalah masyhur dari
           Maulana al-Syeikh Nuruddin Muhammad ibn `Ali Hasan ji bin Muhammad Hamid       Hamzah Fansuri dan
           al-Qurayshi al-Raniri. Ulama keturunan India Arab ini lahir di Ranir, Gujarat, pada   Syamsudin Pasai ialah
           tahun 1568 dan sangat mencintai dunia Melayu.                                   Nuruddin al-Raniri.
                                                        61
                                                                                           Ulama keturunan
                                                                                          India Arab ini lahir di
                                                                                          Ranir, Gujarat, pada
           Pada masa hidupnya Gujarat merupakan pelabuhan dagang yang ramai              tahun 1568 dan sangat
           dikunjungi kapal-kapal dagang Arab, Persia, Mesir, Turki dan Nusantara. Di       mencintai dunia
           sini bahasa Melayu dipelajari oleh para pedagang dan pendakwah yang akan            Melayu.
           berkunjung ke Nusantara. Nuruddin tertarik mempelajari bahasa ini sejak usianya
           masih muda dan berhasrat tinggal di negeri  Melayu mengikuti jejak pamannya
           yang pernah berdakwah di Aceh pada abad ke-16 M. Pada tahun 1582, setelah
                                                                               62
           agak lama belajar di Tarim, Arab, dia menunaikan ibadah haji di Mekkah.





                                                                                                103
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122