Page 121 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 121

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           terdapat dalam istana kerajaan  Persia, Mughal, Arab, Andalusia dan lain-lain
           merupakan lambang kebesaran kerajaan-kerajaan bersangkutan. Ia harus ada        Dalam tradisi Islam,
                                                                                             pembangunan
           sungai yang mengalir, pohon-pohon yang rindang dan lebat buahnya, aneka        taman dalam sebuah
           bunga-bungaan  yang  indah dan  harum  semerbak  baunya, seperti  gambaran       istana dikaitkan
           yang diberikan al-Qur’an tentang sorga. Dalam tradisi Islam pula, istana sebagai   untuk menciptakan
           pusat sebuah kerajaan harus merupakan dunia yang lengkap dan sempurna,          suasana seperti di
                                                                                          dalam sorga. Taman-
           yang diambangkan dengan adanya taman yang luas, indah dan lengkap isinya.      taman yang terdapat
           Ada pun fungsinya bukan sekadar untuk tempat bersenang-senang, seperti         dalam istana kerajaan
           bercengkrama dengan permaisuri atau putri-putri istana bermain-main. Taman     Persia, Mughal, Arab,
           dalam istana kerajaan Islam punya beberapa fungsi khusus seperti tempat sultan   Andalusia dan lain-lain
                                                                                          merupakan lambang
           menerima pelajaran tasawuf dari guru keruhaniannya dan juga tempat sultan      kebesaran kerajaan-
           menjamu tam agung dari kerajaan lain. 68                                      kerajaan bersangkutan.


           Kesempurnaan dan keindahan taman dilukiskan oleh Nuruddin al-Raniri sebagai
           berikut:  “Dan  di  tengah  taman  itu  ada  sebuah  sungai  disebut  Dar  al-`Isyqi,
           penuh dengan batu-batu permata; airnya jernih dan sejuk sekali, dan barang
           siapa meminum airnya akan menjadi segar tubuhnya dan sehat.” Air  adalah
           lambang kehidupan dan penyucian diri, pembaruan dan pencerahan.


           Bustan juga penting sebagai sumber penulisan sejarah Aceh. Pada fasal yang
           membicarakan sejarah Aceh, ia tidak lupa memaparkan asal-usul Sultan Iskandar
           Tsani yang kemudian menduduki tahta kesultanan Aceh sepeninggal Iskandar
           Muda. Begitu pula dia menceritakan beberapa peristiwa penting selama masa
           pemerintahan sultan ini. Kehadiran Iskandar Tsani di Aceh bermula ketika Aceh
           menaklukkan Pahang. Iskandar Muda tertarik pada seorang dari putra raja Pahang,
           dan kemudian dibawanya ke Aceh untuk diasuh. Setelah dewasa dia dinikahkan
           dengan putrinya dan pada akhirnya dinobatkan sebagai penggantinya. Menurut
           Nuruddin semua itu terjadi atas iradat Allah dan merupakan karunia besar bagi
           kesultanan Aceh Darussalam  sebagaimana kehendak-Nya membawa Nabi
           Yusuf dari Kana’an ke Mesir. Mula-mula Yusuf dijadikan hamba sahaya, lalu di
           penjara, tetapi akhirnya menjadi menteri di kerajaan Mesir. 69

           Diceritakan pula bahwa dalam upaya menobatkan Iskandar Tsani, Sultan Iskandar
           Muda membunuh anak kandungnya sendiri 15 hari sebelum baginda wafat. Berita
           pelancong Eropa mengatakan bahwa anak itu berkelakuan jahat, suka menggauli    Nuruddin al-al-Raniri
                                                                                         adalah ulama pertama
           anak perempuan dan istri pejabat kerajaan. Ada juga yang berpendapat bahwa    yang menulis kitab fiqih
           Iskandar Muda membunuh anak itu karena sedang merancang pembrontakan            yang komprehensif
           disebabkan rasa tidak puasnya terhadap pengangkatan Iskandar Tsani.           dalam bahasa Melayu.
                                                                                           Kitab fiqihnya itu
                                                                                            diberi judul Sirat
           Nuruddin  al-al-Raniri  adalah  ulama  pertama  yang  menulis  kitab  fiqih  yang   al-Mustaqiem yang
                                                                                           artinya Jalan Lurus.
           komprehensif  dalam  bahasa  Melayu.  Kitab  fiqihnya  itu  diberi  judul  Sirat al-  Kitab ini merupakan
           Mustaqiem yang artinya Jalan Lurus. Kitab ini merupakan uraian pertama yang    uraian pertama yang
           lengkap  tentang  fiqih  ibadah  madzab  Syafii  dalam  Bahasa  Melayu.  Buku  ini   lengkap tentang fiqih
           dibagi  ke dalam 8  bagian,  masing-masing  membicarakan  taharah  (bersuci),   ibadah madzab Syafii
           salat, zakat, puasa, hukum perburuan, makanan halal dan haram.   Suatu hal    dalam bahasa Melayu.
                                                                         70




                                                                                                107
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126