Page 126 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 126

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Riau Lingga dan Penyengat





                                    Riau Lingga adalah wilayah yang merupakan pusat terakhir dari kegiatan
              Riau Lingga adalah
                 wilayah yang       penulisan sastra di dunia Melayu. Sebelum Traktat London 1824, Riau merupakan
               merupakan pusat      bagian dari kesultanan Johor-Riau. Tetapi setelah itu Riau terpisah dan berada
             terakhir dari kegiatan   di bawah pengawasan Belanda sedangkan Johor berada di bawah pengawasan
              penulisan sastra di
            dunia Melayu. Sebelum   Inggris. Setelah menjadi kerajaan yang terpisah, Riau segera berkembang menjadi
             Traktat London 1824,   pusat kebudayaan Melayu menggantikan peranan Palembang dan Banjarmasin.
            Riau merupakan bagian   Terutama setelah  pusat pemerintahan dipindahkan ke pulau Penyengat.
             dari kesultanan Johor-
              Riau. Tetapi setelah
              itu Riau terpisah dan   Kegiatan penulisan sastra berkembang pesat di sini, terutama setelah didirikannya
               berada di bawah      percetakan Matba`ah al-Ahmadiyah. Berkat adanya percetakan inilah dapat
             pengawasan Belanda
               sedangkan Johor      dicetak banyak kitab keagamaan, keilmuan dan sastra yang berkaitan dengan
               berada di bawah      Islam. Pusat kegiatan itu sendiri berada di pulau Penyengat, sebuah pulau kecil
              pengawasan Inggris.   yang teduh dan strategis.  Tetapi bagaimana pun juga kemunculan Riau dalam
                                    sejarah  Islam  di Nusantara  tidak  terlepas  dari  munculnya  dua tokoh  sentral
                                    Enmgku Haji Ahmad dan putranya Raja Ali Haji. Mereka adalah bangsawan
                                    Melayu keturunan Bugis. 77


                                    Di lingkungan istana Islam Nusantara telah tumbuh tradisi penulisan salasilah
                                    atau karyua bercorak sejarah, selain karangan-karangan berkenaan dengan
                                    kepahlawanan atau epos, pelipur lara, undang-undang, syair tasawuf, dan lain
                                    sebagainya.  Dalam bidang ini semuapenulis Riau sangat produktif. Selain nama
                                    Raja Ali Haji sendiri, terdapat sejumlah besar nama penulis seperti Raja Hasan,
                                    Raja Ahmad, Encik Kamariah, Raja Khalid bin Raja Hasan, Abu Muhammad
                                    Adnan, Raja Ali Kelana,  Raja Haji Ahmad Tabib, Raja Muhammad Tahir, Salamah
                                    Binti Ambar, Haji Ibrahim Datuk Syahbandar dan lain-lain.

                                    Di antara-karya berkenaan dengan ilmu-ilmu Islam dan sejarah Islam dapat
                                    dicatat  seperti berikut :  Syair Hukum  Nikah, Syair Hukum  Faraid, Syair Siti
                                    Sianah, dan Syair Gemala Mestika Alam (Raja Ali Haji); Syair Burung, Syair Hari
                                    Kiamat, dan  Syair Sifat Dua Puluh (Raja Hasan), dan Risalah al-Fawa’id al-Waflat
                                    fi Syarh Ma`ana al-Tahiyat.  Adapun karya bercorak sejarah atau kesejarahan
                                    dapat dicatat di sini ialah Syair Perang Johor dan Syair Engku Putri (Raja Ahmad),
                                    Tuhfat al-Nafis (Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji), Salasilah Melayu dan Bugis
                                    (Raja Ali Haji), Syair Sultan Mahmud di Lingga (Encik Kamariah), Syair Perjalanan
                                    Sultan Lingga dan Yang Dipertuan Muda Riau ke Singapura (Raja Khalid ibn
                                    Raja Hasan), dan masih banyak lagi. Ada pun kitab adab pemerintahan yang
                                    dilahirkan ndi Riau Lingga yang terpenting ialah Tamarat al-Muhimmah Diyafah
                                    li al-`Umara wa al-Kubara li Ahli al-Mahkamah dan Mukaddimah fi Intizam wasaif
                                    al-Mulk karangan Raja Ali Haji. Selain karya-karya yang telah disebutkan tentu
                                    masih banyak lagi karya baik berupa hikayat kepahlawanan, sejarah, roman dan
                                    lain-lain.




                    112
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131