Page 425 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 425
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
secara sosial-budaya. Tidaklah mengherankan kalau puisi merupakan medium
penting berbagai ekspresi relijius dan intelektual di dunia Islam. Di samping
dikemukakan dalam prosa dengan imajinasi kreatif para pengarang Muslim,
berbagai pengalaman relijius, spiritual, disiplin ilmu, nasihat, dan lain sebagainya
dikemukakan dalam puisi.
Dalam struktur kognitif Islam, basis-basis normatif sastra tersusun dalam lima
lingkaran konsentris yang secara berjenjang menunjukkan tingkatan kedudukan
pentingnya, dengan lingkaran pertama merupakan titik sentrum terdalam
sebagai yang paling utama dan memancarkan semangatnya ke lingkarang-
lingkaran di luarnya (lihat diagram). Lingkaran-lingkaran ini berjenjang, dari
2
lingkaran pertama (titik sentrum) sebagai jenis sastra yang paling dianjurkan
karena sejalan dengan cita relijius dan spiritual Islam, lalu secara berturut-turut
sangat dianjurkan, cukup dianjurkan, dianjurkan, hingga sebaiknya dihindari.
Penting dikemukakan bahwa jenis-jenis sastra yang dianjurkan dalam Islam
tidak dengan sendirinya diterima secara bulat oleh kalangan Islam sendiri.
Bahkan sastra yang paling dianjurkan pun, yaitu sastra mistis pada lingkaran
pertama, tetaplah kontroversial, misalnya puisi-puisi mistis Al-Hallaj, Ibnu ‘Arobi,
dan Hamzah Fansuri. Tapi bagaimanapun, kontroversi itu tidaklah mengurangi
cita ideal Islam tentang kedudukan jenis sastra tersebut.
Lingkaran pertama adalah sastra ketuhanan, yaitu karya sastra tentang
pengalaman relijius dan renungan spiritual yang mengekspresikan penghayatan
keilahian, mulai pengakuan akan rasa berdosa, mohon ampun, mendekati
Tuhan, menghadirkan Tuhan, doa-doa, ungkapan rasa cinta pada Tuhan,
pengaduan kepada Tuhan, pencarian Tuhan, sampai pengalaman-pengalaman
ekstase mistis dan spekulasi filosofis yang sangat sublim. Lingkaran kedua adalah
sastra kenabian, yaitu karya sastra yang mengemukakan pujian dan kerinduan
411