Page 438 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 438

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                          Indonesia pada penghujung periode kolonial, atau bahkan pada awal dekade 1950an.”
                                          Kesimpulan Woodward sejalan dengan Ricklefs (2012) yang secara khusus melihat Jawa
                                          yang kini sudah jauh lebih Islami daripada sebelumnya. Dalam bukunya yang cukup tebal,
                                          Ricklefs membahas perkembangan islamisasi di Jawa sejak tahun 1930 sampai sekarang
                                          yang  membahas kasus-kasus yang menunjukkan islamisasi yang lebih dalam di masyarakat
                                          Jawa). Lihat Ricklefs, Mengislamkan Masyarakat Jawa,...... hal.349-380.
                                    52    Istilah Yudi Latif yang diadopsi dari Gramsci tentang “blok historis” (historical block). “Blok
                                          luar Muslim” sebagai arus keislaman non-pemerintah, lihat Yudi Latif, Inteligensia Muslim
                                          dan Kuasa. Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20, Mizan Bandung, 2005,
                                          hal. 246-269, 531.
                                    53    Abdul Aziz Imam Tholkhah and Soetarman (eds.), Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia.
                                          Pustaka Fidaus, 1989, hal. 254.
                                    54    Mentoring adalah metode pendalaman pengetahuan agama dimana para pelajar dibagi
                                          ke dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang mentor yang
                                          umumnya adalah mahasiswa. Setiap hari minggu program ini berlangsung dan ratusan
                                          pelajar berkerudung dari berbagai sekolah umum di Bandung memenuhi lingkungan
                                          masjid,  (di  dalam  dan  di  luar  masjid)  Salman  ITB.  Kegiatan  mentoring  Masjid  Salman
                                          cukup menarik perhatian kaum Muslimin di Bandung. Para orang tua melihat program itu
                                          memberikan pendidikan moral keagamaan yang efektif dan berpengaruh bagi anak-anak
                                          mereka yang tidak sanggup diberikan di rumah maupun di sekolah-sekolah. Kegiatan
                                          mentoring ini digandrungi para pelajar karena terdapatnya tiga unsur: pendidikan agama,
                                          modernitas dan rekreasi. Pendidikan agama diselenggarakan secara populer oleh para
                                          mahasiswa aktifis masjid; ITB berfungsi sebagai simbol modernitas dimana para orang tua
                                          merasa bangga anak-anak mereka aktif mengikuti kegiatan agama di lingkungan kampus
                                          ternama; dan lingkungan Masjis Salman di wilayah Bandung utara yang asri dan nyaman
                                          sangat kental memberikan suasana rekreatif. Pada tahun 1980an, setiap hari minggu pagi,
                                          lingkungan Bandung utara benar-benar menjadi hari yang semarak oleh pemandangan
                                          ratusan pelajar dan mahasiswa yang berkerudung.
                                    55     Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa,……hal.537.
                                    56    Bagi para aktifis Salman yang lain, walaupun mereka mempraktekkan ketaatan dan
                                          kesalehan beragama melalui pengamalan syari’at Islam seperti shalat, puasa, zakat, baca
                                          Qur’an dan sebagainya, dan walaupun mereka berbusana Muslimah, tapi mereka tidak
                                          eksklusif terhadap dunia modern. Agar Islam diterima di lingkungan kampus-kampus
                                          sekuler, mereka menerima nilai-nilai demokrasi, tetap menikmati dunia hiburan seperti
                                          nonton film di bioskop. Saat itu, ketika busana musliman masih dikesani eksklusif bahkan
                                          terbelakang dan sangat jarang terlihat di tempat-tempat umum, para aktifis Salman sering
                                          nonton film beramai-ramai sehingga kerudung tak jarang mewarnai suasana bioskop.
                                          Mereka juga memenuhi pusat-pusat hiburan, tempat yang bagi kebanyakan orang masih
                                          dikesani sebagai tempat-tempat negatif.
                                    57    Daftar lengkapnya lihat Database Salman (2001)
                                    58    Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa,……hal.531, 533.
                                    59    Pierre Bourdieu,  An Outline of a Theory of Practice, trans. Richard Nice, Cambridge:
                                          Cambridge University Press, 1977, hal. 73.
                                    60    Untuk kajian khusus tentang kelas menengah Muslim sebagai fenomena baru Islam
                                          Indonesia yang terbentuk tahun 1980-90an, lihat Moeflich Hasbullah, “Cultural
                                          Presentation on the Muslim Middle Class in Contemporary Indonesia,” STUDIA ISLAMIKA,
                                          Indonesian Journal for Islamic Studies, UIN Jakarta, Volume 7, Number 2, 2000.
                                    61    Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa,……hal.548, 550, 553.
                                    62    Fachri Ali, “Penari yang Baik Harus Mengerti Irama Gendang. Catatan Pengantar untuk
                                          Zainuddin MZ,” dalam Zainuddin MZ, Dakwah dan Politik. Da’i Berjuta Ummat, Mizan
                                          Bandung, 1997, hal.20.
                                    63    Idris Thaha,  Zainuddin MZ, Dakwah dan Politik. Da’i Berjuta Ummat, Mizan Bandung,
                                          1997, hal. 13.
                                    64    Ali, “Penari yang Baik,…..28-29.






                    422
   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442   443