Page 435 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 435

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           25   Tjandrasasmita (ed), Sejarah Nasional,…hal.180
           26   Tjandrasasmita (ed), Sejarah Nasional,…hal.181
           27   Kesimpulan Azyumardi tersebut setelah dalam 17 halaman ia melakukan penilaian ulang
                atas  teori-teori  kedatangan  Islam  (2013:  2-19).  Karena  pembahasan  dalam  Jaringan
                Ulama tersebut adalah rekonstruksi akademik “terakhir” yang luas melalui kajian disertasi
                berdasarkan  sumber-sumber  otoritatif  yaitu  pandangan  para  sarjana  dan sejarawan
                tentang polemik masuknya Islam ke Nusantara, maka kesimpulan “abad ke-7” dan “dari
                Arabia” adalah kesimpulan yang paling up to date, walaupun itu menegaskan ulang dan
                memperkuat hasil seminar tahun 1963 di Medan (Hasymi 1963). Yang perlu dibedakan
                adalah  “pengaruh  kemudian”  atau  “gelombang  Islam  besar-besaran”  yang  memang
                terjadi pada abad-abad berikutnya yaitu abad ke-14-16. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama.
                Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad VXII & XVIII. Akar Pembaharuan Islam
                Indonesia, Edisi Perenial, Kencana Prenada Media Grup, 2013, hal.12.
           28   Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680, Volume Two: Expansion
                and Crisis, Yale University Press, New Haven and London, 1993, hal.133.
           29   Tentang  aspek-aspek  internasional  yang  menjadi  penunjang  suksesnya  islamisasi  di
                Nusantara, lihat Moeflich Hasbullah, King, Identity and Islamization: Psycho-social Aspects
                of Religious Conversion in Southeast Asia in the 15-17 Centuries (2009), atau Perdagangan,
                Internasionalisme dan Konversi Agama (2012).
           30   A.H., Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History,” JSAH, Vol. 2,
                No.2, (July 1961), hal. 10-23.
           31   Lihat Azyumardi Azra, “Wali Songo, Esoterisme Islam dan Politik,” kolom Majalah Gatra,
                22 Desember 2001.
           32   Historiografi tradisional tentang sosok seorang tokoh umumnya ditulis setelah lama tokoh
                itu wafat. Sumber tertua tentang sejarah Sunan Gunung Jati misalnya baru ditemukan
                152 tahun setelah wafatnya yaitu naskah Carita Purwaka Caruban Nagari ditulis tahun
                1720 oleh Pangeran Arya Cerbon. Yang harus difahami, ulama tidak pernah menuliskan
                aktifitas dakwahnya sendiri, atau menyuruh kepada “sekretarisnya,” untuk menjadi
                memoir, agar dikenal apalagi menjadi populer. Dalam dakwahnya, ulama tidak pernah
                peduli dengan pencatatan daerah mana saja yang sudah masuk Islam, kapan tahun
                masuknya, berapa jumlahnya, apalagi penulisannya “ilmiah” atau tidak. Bila pun ada,
                kisah dakwah penyebaran Islam itu dituliskan oleh orang lain, segenerasi atau tidak, atau
                perintah untuk kepentingan catatan politik kerajaan seperti merekam sejarah kebesaran
                kerajaan. Menuliskannya adalah minat para pembesar atau sastrawan pada zamannya
                yang menggunakan catatan dan daya ingat, bukan sumber dalam pengertian modern.
           33   Hamzah Fansuri, seorang tokoh tasawuf yang berfaham wahdatul wujud Ibnu Arabi, yang
                juga seorang sastrawan yang memperkenalkan dan memasukkan bentuk syair ke dalam
                sastra Melayu sehingga syair-syairnya dikenal sebagai syair Melayu tertua. Karya-karya
                Hamzah dikenal sebagai “peletak dasar bagi peranan bahasa Melayu sebagai bahasa
                keempat di dunia Islam setelah bahasa Arab, Persia dan Turki Usmani” (Ensiklopedi Islam,
                jilid 2, hal. 78). Karya-karyanya dalam bentuk prosanya antara lain Asrãr al-‘Arifin fi Bayãn
                Ilm as-Sulûk wa Tauhîd (Keterangan Mengenai Perjalanan Ilmu Suluk dan Tauhid), Syarãb
                al-‘Asyiqîn  (Minuman  Orang-orang  yang  Mencintai  Tuhan).  Sedangkan  karya-karyanya
                dalam bentuk syair antara lain Syair Burung Pingai, Syair Burung Pungguk, Syair Perahu
                dan Syair Dagang.
           34   Al-Raniri  menurut  Azra  (1994:  180)  menulis  sebanyak  29  karya.  Karya-karyanya  itu
                menyangkut  berbagai aspek disiplin keislaman:  tasawuf,  kalam, fiqh,  hadits, sejarah
                dan perbandingan agama. Diantara karyanya yang terkenal misalnya adalah Al-Shirãth
                Al-Mustaqîm, Jawãhir Al-Ulum fî Kasyf Al-Ma’lum, Bustãn Al-Salathîn, Al-Fath al-Mubîn
                ‘ala al-Mulhidîn, Hidãyat Al-Habîb fî Al-Targhîb  wa Al-Tartîb, Tibyãn fî Ma’rifat al-Adyãn
                dan lain-lain. Masih dari Aceh, ‘Abd Al-Ra’uf al-Sinkili juga banyak menulis karya seperti
                Mir’at Al-Thullãb fî Tasyîl Ma’rifãt Al-Ahkãm Al-Syar’iyyah li Al-Malik Al-Wahhab dan Kitãb
                Al-Farãidh tentang fiqh, Tarjuman Al-Mustafîd yang terkenal tentang tafsir, Kifãyat Al-
                Muhtajîn tentang mistik dan tasawuf dan seterusnya.






                                                                                                 419
   430   431   432   433   434   435   436   437   438   439   440