Page 593 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 593
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Endnotes
1 Menurut O.W. Wolters, Sriwijaya berkontribusi vital dalam perdagangan Asia pada abad
pertengahan, selama lebih dari 500 tahun. Pendapat ini dapat dijadikan gambara betapa
Sriwijaya menjadi pengkreasi kelancaran alur perdagangan di Asia Tenggara. Lihat O.W.
Wolters, Kemaharajaan Maritim Sriwijaya di Perniagaan Dunia Abad III-Abad VII (Depok:
Komunitas Bambu, 2011) hlm. 1.
2 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan …, hlm. 19.
3 Ada cerita menarik dibalik terciptanya nama Samudera. Orang Portugis menyebut
“Samudera” dengan “Sumatera”, maka dikemudian waktu, menjadi nama seluruh
pulau tersebut, Pulau Sumatera, Lihat HM Zainuddin, Tarich Atjeh Jilid I ( Medan: Pustaka
Iskandar Muda, 1961) hlm. 116.
4 Seiring berjalannya waktu, setelah menemukan pijakannya, kerajaan ini tumbuh menjadi
kerajaan yang kuat setelah mengokohkan posisinya di tengah masyarakat. Dus, kerajaan
ini juga menjadi motor penyebaran Islam ke wilayah-wilayah sekirtarnya seperti Aceh,
Malaka dan Pidie. Bisa dikatakan pondasi penguatan Islam di Aceh mulai diprakarsai oleh
kerajaan ini. Memasuki abad ke 13, kerajaan ini menjelma menjadi pusat perniagaan
dunia dengan lada sebagai komoditas unggulannya. Noor Huda, Islam Nusantara, Sejarah
Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) hlm. 64.
5 Ludivico di Varthema, The Travels of Ludivico di Varthemain Egypt, Syria, Arabia Deserta
and Arabia Felixs in Persi, India and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508 (London: Hakluyt Society,
1863) hlm. 52.
6 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, (Bandung: Mizan, 1999) hlm. 73.
7 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama ..., hlm. 73.
8 Ibn Bathuthah, Rihlah Ibn Bathuthah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1407/1987) hlm.
527.
9 B. J. O. Shrieke, The Indonesian Sociological Studies (Den Haag: van Hoeve, 1957), II, hlm.
245.
10 Schrieke, The Indonesian ..., hlm. 245.
11 Ludivico di Varthema, The Travel ..., hlm. 52.
12 Henri Chambert-Loir dkk, Naik Haji di Masa Silam Tahun 1482 – 1890 (Jakarta: Penerbit
Kompas Gramedia, 2013) hlm. 160-161.
13 M. Dien Madjid, “Haji dalam Perspektif Lintas Sejarah di Indonesia dan Proyeksi Haji Masa
Depan” , makalah, disampaikan pada seminar Nasional sehari, diselenggarakan oleh
Fakultas Ilmu Dakwah & komunikasi bekerja sama dengan Rabithah Haji Indonesia pada
tanggal 15 April 2010 di UIN Jakarta, hlm. 2-3.
14 Boxer, “A Note on Portuguese Reactions to the Revival of the Red Sea Spice Trdade and the
Rise of Acheh, 1540-1600”, dalam Journal of Southeast Asian History Singapura (JSEAH),
1969, 10, 3, 1969, hlm. 426-427.
15 M. Dien Madjid, “Haji dalam Perspektif ...”, hlm. 3.
16 Sartono Kartodirdjo, “Religious and Economic Aspects of Portuguese-Indonesian Relation”,
STUDIA 29, Portugal, 1970, hlm. 193.
17 Amirul Hadi, Aceh; Sejarah, Budaya, dan Tradisi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010)
h. 33.
18 Nuruddin Ar-Raniri, Bustanu al-Salatin, hlm. 32
19 Amirul Hadi, Aceh ..., hlm. 34.
20 Anthony Reid, Menuju Sejarah Sumatra; Antara Indonesia dan Dunia (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta, 2011) hlm. 78.
21 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama…, hlm. 48.
22 Naim R. Farooqi, “Moghuls, Ottomans, dan Pilgrims: Protecting the Routes to Mecca in
the Sixteenth and Seventeenth Centuries”, The International History Review, 10, II (1988),
hlm. 212-220.
577