Page 591 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 591

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           Terhitung sejak 1965, moda transportasi jamaah haji dipercayakan kepada
           perusahan PT. Arafat, menggantikan PN Jakarta Lloyd, setelah itu transportasi
           beralih ke pesawat udara. Konversi transportasi ini terjadi menjelang tahun 1970-
           an. Salah satu penyebab pergantian ini diarenakan PT. Arafat mengalami pailit.
           Pada perkembangannya, Departemen Agama juga mengadakan kerjasama
           dengan lembaga negara lain seperti Departemen Perhubungan dan Departemen
           Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan haji.


           Haji juga menjadi sarana pemerintah RI dalam memperkenalkan negara yang
           baru lahir ini ke kancah pergaulan dunia. Pada tahun 1948, H. Agus Salim yang
           kala itu menjabat Menteri Luar Negeri mendorong adanya misi diplomatik ke
           Arab Saudi. Kebetulan waktu kunjungan kenegaraan itu bertepatan dengan
           musim haji. Mereka yang ditunjuk mengemban amanah negara ini adalah Prof.
           KH. R. Moh. Adnan (ketua), Ismail Banda MA (sekretaris), Saleh Suaidi (sek.II)
           dan H. Samsir Sutan Rajo Ameh (Bendahara).


           Tugas misi kenegaraan ini adalah menarik simpati dunia Islam untuk mengakui
           kedaulatan Indonesia. Di samping itu, kedatangan mereka bertujuan untuk
           mengajak calon haji yang berasal dari daerah-daerah jajahan Belanda untuk
           bersimpati pada kemerdekaan RI. Tugas urgen lainnya adalah untuk mengimbangi
           manuver politik Belanda yang saat itu juga mengirimkan dutanya ke Arab Saudi.


           Perjalanan para diplomat ini ternyata tidaklah mulus. Kala itu Indonesia berada
           pada masa genting akibat pertempuran masih terjadi di beberapa daerah. Mereka
           dapat terbang hanya sampai Bangkok. Setelah itu mereka harus naik pesawat
           KLM milik Belanda. Kota yang sempat dikunjungi delegasi ini adalah Kairo lantas
           ke Jeddah. Pada 6 Oktober 1948, rombongan ini menyempatkan menunaikan
           ibadah haji. Setelah itu, mereka melanjutkan kunjungan ke Lebanon, Suriah,
           Irak,  Yaman  dan  negara-negara  lainnya.  Agenda  kunjungan  mereka semata-
           mata hanya untuk menunjukkan bahwa telah ada negara baru yang merdeka
           bernama Indonesia.


           Moda kapal laut dan segala tata pelayanannya sedikit banyak masih diteruskan
           seperti yang dilakukan sejak masa kolonial. Jikapun ada pembaruan, maka
           tidaklah menyentuh masalah yang prinsipil. Keadaan ini berlangsung hingga
           digantikannya transportasi kapal laut dengan pesawat udara. Anehnya, beberapa
           kelamahan mendasar masih menjadi permasalahan yang tidak kunjung selesai,
           utamanya menyangkut manajemen dan tata pengelolaan haji. Ini merupakan
                                                        66
           dua dari masalah terbesar haji hingga masa kini.

           Sistem penyelenggaraan haji merupakan rangkaian kagiatan yang terdiri atas
           aspek kelembagaan, manajemen, pengelolaan keuangan, peningkatan SDM
                                                                            67
           serta dukungan sarana dan prasarana yang menyokong perhajian.  Dalam







                                                                                                 575
   586   587   588   589   590   591   592   593   594   595   596