Page 590 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 590

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                    Salah satu sumbangan dua organisasi massa tersebut adalah ketika memberikan
                                    masukan  kepada  pemerintah  untuk  mereorganisasi  tata  pengangkutan
                                    haji.  Seiring  berjalanya  waktu,  persaingan  yang  kian  ketat antar-perusahaan
                                    pelayaran negeri maupun swasta berimplikasi  pada banyaknya problematika
                                    yang belakangan mengganggu berkembangnya potensi haji Nusantara. Oleh
                                    sebab itu, Muhammadiyah dan NU, termasuk pula Sarekat Islam (SI), bersama-
                                    sama melakukan korespondensi kepada pemerintah untuk menangani haji
                                    secara mandiri di bawah naungan Organisasi Comite Perbaikan Perjalanan
                                    Haji Indonesia (CPPHI). Pemerintah kemudian meluluskan gagasan ini. Bahkan,
                                    kesuksesan itu membawa pula pada kemajuan berikutnya, yakni didirikannya
                                    maskapai pelayaran dengan nama N.V. Schepvaart dan Handel Mij (Indonesische)
                                    yang keberadaannya disambut baik oleh masyarakat.
                                                                                      64

                                    Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, terjadi banyak pembaruan
                                    dalam manajemen haji Indonesia. Pada masa itu, pelaksanaan penyelenggaraan
                                    haji dipercayakan  pemerintah RI kepada Departemen Agama. Teknis
                                    pelaksanaannya  berada  di  bawah   Yayasan Penyelenggara  Haji  Indonesia
                                    (PHI). Lembaga tersebut mengatur mulai dari prosedur penyelenggaraan, tata
                                    penyetoran ONH (Ongkos Naik Haji) bagi pegawai negeri hingga upaya atau
                                    langkah-langkah perbaikan yang kemudian menginisiasi lahirnya Urusan Haji di
                                    bawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Urusan Haji, yang di kemudian hari
                                    menjadi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji.

                                    Di awal masa kemerdekaan, orang Indonesia yang berada di Tanah Suci
                                    tenggelam dalam suasana kegembiraan. Jacob Vredenbregt mencatat sekitar 70
                                    persen dari semua orang mukim asal Indonesia mengembalikan paspor mereka
                                    kepada  konsul  Belanda  di  Jeddah  dalam  kondisi  rusak,  sebagai  simbolisasi
                                    ungkapan simpati kepada Tanah Air sekaligus pernyataan bahwa mereka bukan
                                    lagi penduduk bawahan Belanda. Mayarakat Indonesia yang bermukim di sana
                                    kemudian menyelenggarakan pelbagai kegiatan pengumpulan dana guna
                                    memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

                                          Menginjak tahun 1949, ketika penyerahan kedaulatan berlangsung, orang
                                          Indonesia yang tinggal di mekkah bergerak meminta pemerintah Belanda
                                          menyerahkan  konsulatnya  di  Jeddah kepada  pemerintah  Indonesia.
                                          Indonesia yang kala itu dikenal dengan nama Republik Indonesa Serikat
                                          (RIS) sudah memiliki kapal-kapal pengangkut haji, dan penyelenggaraan
                                          ibadah haji berada di bawah tanggung jawab pemerintah Indonesia.
                                          Kesulitan akomodasi dan kekurangan valuta asing membuat pemerintah
                                          mulai memberlakukan sistem kuota. Pada setiap tahunnya, masing-
                                          masing provinsi diberi pengumuman tentang jumlah calon haji dari
                                          wilayah mereka masing-masing.
                                                                        65









                    574
   585   586   587   588   589   590   591   592   593   594   595