Page 587 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 587
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
pelanggan hajinya adalah dengan mengumpulkan pas-pas haji, melalui wedana.
Tindakan ini dilakukan agar jamaah haji tetap berada di kapalnya dan tidak
pindah ke perusahaan pelayaran lain. Sementara muncul desas-desus kapal-
kapal Herklots kurang memenuhi standar kelayakan berlayar. Sebagai ilustrasi
adalah petikan surat dari calon jamaah haji asal Cilegon kepada Gubernur
Jendral tertanggal 12 Juni 1893, sebagai berikut:
“Bahoewa dengan segala hormat teriring dengan sembah soedjoed adalah
diperhamba membri maloem kahadepan padoeka kandjeng toean Besar
di district Tjilegon ini taon banjak orang orang jang di bikin soesah oleh
kapala district, apalagi orang-orang jang hebdaj pegi Hadji ka Mekkah
dia banjak soesah sekali sebab dia orang poenja pas Hadji di tahan oleh
Wedana Tjilegon Entol Goena Djaja.
Sebab makanja itoe pas pas ditahan oleh itoe Wedana dari sebab itoe
Wedana poenja mertoea Hadji Karis pegi Hadji, sama kapal Maatschappij/
agent toean Herklots djadi itoe orang orang jang hendak pegi hadji
tida boleh naek kapal orang lain mesti semoea toeroet sama itoe toean
Herklots sebab itoe Wedana Entoel Goena Djaja soedah berdjandji sama
itoe toean agent Herklots dia poenja anak dan mertoea pegi di Mekka
dengan perdeo tida bajar ongkos kapal, makam dan minoem djoega
djoega perdeo dan djoega mesti dapet kamar , tapi banjak sekali orang
orang jang dari district Tjilegon tida seneng menoempang di itoe kapal/
agent toean Herklots / malenken dia orang takoet sama kepala district
Tjilegon Wedana Entoel Goena Djaja djadi dia orang menoempang itoe
kapal dengen paksa.
Kita orang jang amat renda sanak soendaranja oerang-oerang jang ini
61
taoem pegi ke Mekka.”
Setali tiga uang dengan pengaduan di atas, para jamaah haji sering dikenai
biaya tambahan yang dianggap sebagai suatu monopoli. Kesaksian dari Si Tang
Kin, Gelar Raja Muda, yang telah mengubah nama menjadi Haji Musa dari suku
Pilingsani di Singkarak, Padang, membenarkan adanya monopoli yang dilakukan
oleh Herklots, termasuk para syekh yang merupakan kepanjang tanganan dari
Herklots. Para syekh memaksa jamaah termasuk Haji Musa sewaktu di Mekkah
hingga Jeddah membayar tiket penumpang kapalnya. Sepulangnya dari Tanah
Suci, Haji Musa mengadukan kejadian tersebut pada polisi Padang yang langsung
diteruskan ke Asisten Residen. Isi laporannya seperti berikut;
“Adapoen sepandjang pendengaran saja selama ini djikaloe orang
maoe toeroen dari Mekkah sampei di Djeddah waktoe ada kapal jang
571