Page 584 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 584
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
sayur-mayur, kacang hijau, kecap, beras dan sebagainya. Salah satu kapal yang
dikhususkan mengangkut jamaah haji saat itu antara lain adalah Armanistan.
Kapal ini relatif kecil dan sempit, milik orang India bernama Haji Hasan Nimazi.
Daya tampung kapal ini sebanyak 1.175 penumpang dan seorang dokter.
Kapal Armanistan belakangan dipandang tidak memenuhi persyaratan, karena
minimal harus memiliki dua dokter yang memiliki izin praktek dari Inspektur
Kepala Kesehatan untuk 1000 penumpang. Tidak diketahui dengan pasti
55
mengapa kapal itu tetap bisa berlayar dan diizinkan mengangkut jamaah haji.
Peran Syekh
Penyelenggaraan perjalanan haji dilaksanakan bermula dari layanan yang
dilakukan oleh para Syekh baik sejak di Hindia Belanda (Indonesia), dalam
pelayaran maupun masa di Tanah Suci Mekah.
Di musim haji, Mekah berubah menjadi kota kosmopolitan, karena disesaki oleh
umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Aneka ragam bahasa, budaya, etnis
dan postur tubuh bertemu dan berpadu dalam pelaksanaan ritual haji di kota
itu. Bagi jamaah yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah suci lalu
merasakan atsmosfer demikian tentu akan mengalami keterkejutan budaya.
Tidak jarang diantara mereka yang tersesat serta mengidap ketakutan karena
tidak mengenal geografis, adat istiadat dan bahasa setempat.
Seakan mafhum dengan fenomena tersebut, terdapat profesi musiman yang
dilakukan segelintir orang guna membimbing jamaah haji agar dapat melakukan
ibadah haji dengan khidmat tanpa dirisaukan oleh hal-hal eksternal seperti itu.
Mereka lazim disebut Syekh. Seorang Syekh dituntut keahliannya memberikan
arahan dan supel dalam bergaul, karena jamaah itu nantinya sangat bergantung
kepada Syekh. Syekh yang tidak berkualitas akan tersingkir dengan sendirinya
dan tidak dipercaya oleh jamaah lagi untuk jadi pemandu.
Bagi jamaah yang datang dari Nusantara yang hendak menunaikan haji telah
ditunggu oleh Syekh di Tanah Suci. Syekh ini dapat berbahasa Melayu, karena
memang sebagian berasal dari Nusantara dan telah lama menetap di Arab.
568