Page 583 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 583
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Kongsi Tiga
Ada tiga maskapai perkapalan yang terlibat dalam pengangkutan jamaah haji
di masa kolonial, yaitu Nederlandsch Lloyd, Rotterdamsche Lloyd dan Oceaan.
Ketiga perusahaan ini bersaing untuk mendapatkan jamaah haji sebanyak-
banyaknya. Tiga maskai ini lazim disebut Kongsi Tiga. Kapal-kapal tiga maskapai
ini sesungguhnya adalah kapal barang dengan rute Asia tenggara menuju
Eropa dan sebaliknya. Mengingat banyak orang setiap tahun pergi ke Mekah
untuk berhaji, pemerintah Kolonial menunjuk ketiga perusahaan tersebut
sebagai pengangkut jamaah haji. Bahkan kepada pemerintah pribumi, mulai
dari tingkat lurah, camat dan Bupati diberi izin untuk memungut premi dari
calon jamaah, minimal f.2.50. Pungutan ini dianggap legal sebagai biaya
52
pengurusan administrai awal, meski tidak digabungkan ke dalam biaya naik
haji. Belakangan, karena premi ini dianggap memberatkan calon jamaah, surat
izin itu dicabut kembali. 53
Persaingan harga tiket di antara tiga perusahaan di atas sangat tinggi. Penetapan
harga tiket berangkat tidak sama dengan harga tiket pulang. Ada perusahaan
yang menggabungkan uang jasa syekh (pemandu haji) dengan harga tiket, tapi
ada pula yang memisahkannya. Itu pula sebabnya harga tiket berbeda-beda
antara tiga maskapai itu. Misalnya, perusahaan Oceaan menetapkan tarif tiket
berangkat sebesar f.65.00 tidak termasuk uang komisi syekh sejumlah f.20.00.
Sedangkan untuk tiket kembali berkisar f.92.50, sudah termasuk komisi syekh
f.17.50.
Tarif tiket kapal berbendera Prancis yang paling murah, yakni berkisar antara
f.9.50 – f.10.00. Kapal ini berangkat dari Singapura ke Jeddah. Para Syekh
membeli tiket untuk penumpang kapal itu sejak dari Jawa. Sementara Syekh
menjualnya seharga f.30.00. Jadi, total menjadi sekitar f.39.00. Tarif tiket pergi
dan pulang adalah sama. Tapi, ada juga yang mempunyai kebijakan berbeda,
karena ada jamaah yang mampu dan berani membayar tiket seharga f.100
untuk berangkat dan kembali. Sementara maskapai yang berbendera Belanda
tetap memasang tarif f.180.00 untuk pergi dan pulang. Selisih harga tiket ini
oleh pemerintah Belanda tidak terlalu dikhawatirkan, karena Belanda meyakini
bahwa para jamaah lebih memilih kapal perusahaan Belanda ( Nederlandsch
dan Rotterdamsche Lloyd) sebagai pilihan berhaji, karena dianggap kapal
pemerintah seperti “Kapal Dinas” .
54
Memasuki Tahun 1927, diberlakukan biaya kapal laut pergi pulang sebesar
f. 225.00, sementara untuk anak-anak f. 112.50 untuk kelas dek. Jika ingin
mendapat kamar, harus menambah f.300.00 untuk 1 kamar isi 2 orang. Biaya
tersebut (f.525.00) sudah termasuk biaya konsumsi, berupa ikan asin, telur,
567