Page 578 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 578
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Secara umum perhatian pemerintah di bidang kesehatan, khususnya upaya
penanggulangan terhadap seorang jemaaah haji yang terbukti mengidap
penyakit, masih amat sederhana. Pulau Onrust (Kepulauan Seribu, Jakarta),
dijadikan sebagai pos karantina awal tempat tes kesehatan bagi para jamaah
haji. Selanjutnya, pos karantina kedua terletak di pulau Robiah di Sabang,
Aceh. Di pos ini, jamaah mendapat kepastian apakah masih layak menempuh
perjalanan jauh atau gagal berangkat disebabkan terjangkit penyakit atau alasan
medis tertentu. Setelah melewati pos kedua, jamaah haji pun berlabuh dalam
pelayaran panjang hingga mencapai Laut Merah. Bagi jamaah haji asal Sumatra,
pemeriksaan kesehatan langsung di Pulau Robiah.
Sebelum memasuki Jeddah, jamaah haji diperiksa kembali di pos karantina
Pulau Kamaran selama 3 sampai 4 hari. Awalnya, pemerintah Turki menjadikan
Pulau Abu Sa’d sebagai tempat pemeriksaan kesehatan. Namun, demi menjaga
agar penyakit tidak mudah menular, maka pemerintah Turki memindahkannya
Rumah dokter tempat di sebelah selatan yakni di Pulau Kamaran. Selain itu ada juga pos karantina di
pemeriksaan jamaah haji di Pulau
Onrust (kepulauann Seribu, Pulau Wasta dan Abu Ali. Ketiga pulau itu terletak tidak jauh dari Mekkah. Bagi
Jakarta). Pulau Onrust dijadikan yang didiagnosa terjangkit penyakit, ia dirawat di pulau itu hingga sakitnya
sebagai pos karantina awal sembuh. Ketika sampai di Jeddah, para jamaah haji kembali diperiksa di pos-pos
tempat tes kesehatan bagi para
jamaah haji. karantina berskala kecil. 36
Sumber: Direktorat Geografi dan Sejarah
Membludaknya manusia yang berkumpul
di Mekkah juga memungkinkan tersebar
luasnya berbagai macam jenis endemi.
Hal ini tidak lepas dari banyaknya
penyakit menular yang beredar luas, yang
sebelumnya dibawa jemaah haji dari dan
ke masing-masing daerah dan negerinya.
Kolera dan disentri merupakan penyakit
yang jamak beredar di tengah jemaah haji.
Selain itu, terdapat pula penyakit cacar,
disentri, pes dan dalam skala yang lebih
kecil, tuberkolose, lepra, sakit kepala,
beri-beri, influenza dan yang sejenis.
37
Pemerintah kolonial dalam beberapa
kasus begitu memperhatikan kesehatan
para jamaah haji, bahkan sampai hal-hal
yang parsial, seperti larangan membawa
barang-barang yang menimbulkan bau
yang tajam. Dinyatakan bahwa jamaah
Hindia Belanda dilarang membawa
serta dalam perjalanan laut (termasuk
di Karantina) ikan kering atau ikan asin,
562