Page 575 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 575
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
jumlah orang-orang Muslim yang datang ke Tanah Suci. Tentang pelaksanaan
ibadah haji sampai menjelang akhir abad ke 17 tercatat sudah banyak nama-
nama elite Nusantara yang berhaji dan kembali ke tanah air menyandang gelar
haji. Perjalanan beberapa orang tokoh untuk berhaji juga pernah diceritakan
babad atau hikayat, seperti Raja Santang dan Cakrabuana yang kemudian
namanya diganti menjadi Sarifah Muda’im dan Haji Dailam, Sultan Abunasar
Abdul Kahar dari Banten yang sekembalinya dari Mekkah terkenal dengan
julukan Sultan Haji. Sultan ini pergi ke Mekkah dua kali, yakni pada 1669 sampai
1671 dan dari 1674 sampai 1676. Pangeran Arya Ranamanggala dari Banten
juga seorang haji. 26
Selain memenuhi rukun berhaji, sebagian penduduk Nusantara lain memutuskan
untuk mencari pengalaman baru dengan menetap selama beberapa waktu
di sana. Indikasi kuat keberadaan mereka di Haramain adalah ditemukannya
beberapa koloni mereka di sana. Tambahan lagi, orang-orang Timur Tengah,
terutama bangsa Arab menyebut orang-orang yang datang dari Timur Jauh,
khususnya Nusantara sebagai “orang-orang Jawi”. Orang-orang “Jawi”
tersebut telah mendirikan ribath, yaitu semacam tempat persinggahan untuk
berkontemplasi (mirip losmen atau apartemen pada zaman sekarang) yang
dikhususkan bagi orang-orang sedaerah, se-Nusantara.
27
Haji di Era Kolonial Belanda
Pada 21 Juni 1599, armada dagang Belanda yang dipimpin Cornelis de
Houtman dan adiknya Frederick de Houtman berlabuh di teluk Aceh. Aceh
menjadi persinggahan awal Belanda di Nusantara sebelum nantinya menyebar
ke belahan Nusantara lainnya. Dalam perjalanannya, Mereka mempekerjakan
John Davis, seorang Inggris, menjadi pemandu jalan menuju Nusantara. Dalam
catatannya, Davis menyebutkan bahwa ekspedisi perdana Belanda tidak berjalan
dengan sukses; alih-alih mendapatkan simpati, mereka justru menjadi korban
kemarahan penduduk karena tingkah lakunya yang tidak sopan. Perilaku
semana-mena mereka berubah menjadi pengecut ketika melihat warga pribumi
Aceh yang marah. Mereka terlibat pertempuran dengan penduduk lokal.
Dalam pertempuran kecil ini, Cornelis de Houtman menjadi korban, sedangkan
Frederick menjadi tawanan prajurit Aceh selama hampir dua tahun. Tidak
559