Page 8 - Kepemimpinan Tradisional 22.1.15
P. 8
Kepemimpinan Tradisional di Indonesia
akibat berbagai perubahan orientasi nilai masyarakat pendukung. Di sisi
lain, pola-pola kepemimpinan yang berlangsung di tengah-tengah suatu
masyarakat tertentu tidak pula terlepas dari berbagai faktor yang mendukung
masyarakat setempat yang telah hidup dan dipraktikan dalam kehidupan
seperti faktor nilai sosial budaya, sistem nilai, agama dan kepercayaan, sistem
pelapisan sosial, serta pembagian peranan dan status yang diemban seseorang
dalam masyarakat. Hal yang tidak kalah penting adalah bahwa kekuasaan
merupakan sesuatu yang ascribed status namun sekaligus bersifat achieved
status. Dalam kehidupan kesukubangsaan dan masyarakat tradisional, akibat
dinamika internal dan faktor eksternal, pada umunya kekuasan merupakan
sesuatu yang diperoleh karena keturunan, namun sekaligus merupakan
sesuatu yang diupayakan. Kekuasaan dikatakan merupakan sesuatu yang
bersifat keturunan didukung fakta bahwa masyarakat masih mempercayai
2 bahwa yang dapat memimpin merupakan pihak yang memperoleh kekuatan
dari pemegang tampuk kepemimpinan sebelumnya (kekuatan-kekuatan
simbolik), sementara kekuasaan merupakan sesuatu yang diupayakan,
didasari kenyataan bahwa untuk memperoleh kekuasaan yang sebenarnya
sudah merupakan hak keturunan, seseorang masih harus memiliki dan
memenuhi berbagai standar nilai kepemimpinan yang bersifat sangat spesifik
dan tidak jarang harus dilakukan dengan berbagai intrik dan strategi.
Kepemimpinan dibutuhkan dalam semua tingkatan kelembagaan dan
organisasi baik tradisional maupun modern. Kepemimpinan dibutuhkan
keberadaannya dalam berbagai lembaga tersebut karena pemimpin dengan
kepemimpinannya dibutuhkan bagi para pengikutnya sebagai panutan,
acuan bertindak, keteladanan, pemberi arah, sekaligus menjadi tumpuan dan
penyemangat anggota ketika terjadi berbagai permasalahan dan hambatan
dalam kehidupan kelompok. Pemimpin diharapkan mampu mewujudkan