Page 13 - Kepemimpinan Tradisional 22.1.15
P. 13

Kepemimpinan Tradisional di Indonesia




                  para tokoh pendiri, dirasakan memiliki kemampuan lebih secara spiritual
                  dan moral, dan dianggap memiliki kelebihan-kelebihan lain. Dalam konteks

                  teoritis,  model  kepemimpinan  yang  diuraikan  kedua  etnografi  akhirnya
                  secara  jelas  tidak membedakan pola kepemimpinan setempat, apakah

                  termasuk kepemimpinan tradisional, modern atau karismatik. Dalam praktik

                  kehidupan kemasyarakatan, fakta menunjukkan bahwa batas-batas ciri-
                  ciri pola kepemimpinan memang sulit dibedakan dan memang tidak perlu

                  dibedakan dan dikonfrontasikan mengingat pola kepemimpinan tersebut

                  dalam praktiknya  sudah merupakan campuran berbagai  elemen positif
                  dalam kepemimpinan. Adalah sulit memberikan batasan yang tegas antara

                  tipe  tradisional dengan karismatik, karena dalam realitasnya  tidak  jarang

                  seorang pemimpin yang memiliki tipologi tradisional, sekaligus mengemban
                  tipe karismatik. Hal inilah yang tampak menonjol dari kedua etnografi.
                                                                                                   7
                     Secara teoritis, kepemimpinan memiliki banyak dimensi, salah satunya

                  adalah dimensi kekuasaan. Dalam hal ini, seorang pemimpin berarti
                  seseorang  yang memiliki kekuasaan, yang dengan kekuasaannya ia akan

                  memimpin individu-individu  disekelilingnya. Karena kepemimpinan

                  identik dengan kekuasaan, maka kepempimpinan atau posisi sebagai
                  pemimpin  layak untuk diperebutkan. Adalah  hal  yang penting untuk

                  kemudian memahami bagaimana pemaknaan atas apa yang disebut sebagai
                  kekuasaan dan bagaimana  mempertahankan kekuasaan dari waktu ke

                  waktu. Dalam konteks ini, menarik apa yang muncul dari hasil penelitian

                  ini. Pada masyarakat Kajang, kekuasaan Ammatoa merupakan sesuatu yang
                  sakral karena merupakan amanah yang diberikan Turiek Akrakna (sebagai

                  wakilnya di dunia). Kekuasaan akhirnya dapat dipandang sebagai sesuatu

                  yang sakral karena merupakan bagian tidak terpisahkan dari adat istiadat
                  yakni keseluruhan sistem norma dan aturan-aturan adat yang dianggap luhur
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18