Page 17 - Kepemimpinan Tradisional 22.1.15
P. 17

Kepemimpinan Tradisional di Indonesia




                  tradisional, ciri kepemimpinan modern pun muncul dan dipraktikan. Dalam
                  menjalankan tugasnya, Ammatoa dibantu oleh dewan adat yang disebut Ada’

                  Ruampulongannang (dewan adat beranggotakan  dua pulu enam orang).
                  Dalam struktur dewan adat tersebut, terdapat jabatan-jabatan yang terlibat

                  langsung dalam kekuasaan Ammatoa, yaitu Adak Limaya ri Tana Kekeya dan

                  Adak Limaya ri Tana Loheya. Jabatan-jabatan tersebut memiliki kewenangan
                  dan tanggung jawab sesuai bidang tugasnya maing-masing. Pembagian yang

                  sangat jelas, sistematik dan menunjukkan adanya pembagian peran dan

                  kewenangan sesuai dengan bidang misalnya masalah pertanian, perikanan,
                  pelestarian dan pemanfaatan hutan, pelanggaran adat, hubugan masyarakat

                  dalam kawasan adat dan luar, dan sebagainya. Selain itu, masyarakat  adat

                  Kajang juga mengenal lembaga adat yang disebut Karaeng Tallua (karaeng
                  yang tiga). Tugas dan fungsi Karaeng Tallua adalah merupakan raja pada

                  masa lalu. Sekarang, merupakan jabatan pemerintahan yang sangat strategis       11
                  di Kecamatan Kajang. Jabatan-jabatan  tersebut  merupakan jabatan  yang

                  dihormati dan dihargai karena pemegang  labbiria  (yang  dimuliakan).

                  Walaupun tidak terlibat langsung dalam kegiatan kepemimpinan Ammatoa,
                  Karaeng Tallua sangat populer dalam masyarakat adat Kajang karena terkait

                  dengan jabatan raja pada masa lalu.


                     Dalam  menjaga pelestarian dan  ekosistem  hutan, terutama hutan
                  karamaka dan battasaya, Ammatoa mempunyai tanggung jawab yang cukup

                  besar karena merupakan bagian dari  amanah  “Jagai  lino  lollong  bonena”.

                  Untuk melestarikan hutan, Ammatoa  membentuk tim penjagaan yang
                  beranggotakan  lima orang disebut Tau Limaya (lima orang). Tau Limaya

                  tersebut memiliki jabatan masing-masing disesuaikan dengan wilayah tempat

                  tugasnya untuk menjaga dan mengawasi hutan dari pembalakan. Bila ada
                  pelanggaran terhadap pelestarian dan pemanfaatan huta, maka Tau Limaya
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22