Page 100 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 100

Raden Pandji Soeroso        87



               melainkan  juga  bidang  pendidikan  dan  politik.  Selain  itu,  anggota
               organisasi tidak terbatas hanya  kaum pedagang,  tetapi kaum Islam
               pada umumnya.
                      Tidak  lama  setelah  bergabung  dalam  SI  pada  1915,  R.  P.
               Soeroso diangkat sebagai Presiden Sarekat Islam untuk Probolinggo
               dan Kraksan pada umur 20 tahun. Bersama anggota pengurus SI yang
               lain,  Soeroso  fokus  pada  gerakan  nasional  dan  perbaikan
               perekonomian rakyat. Pengurus SI di Kota Probolinggo membangun
               dua  buah  toko  untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat
               dengan  harga  cukup  terjangkau.  Akan  tetapi,  toko-toko  milik
               pengurus  SI  harus  bersaing  dengan  toko-toko  Cina  yang  menjual
               barang-barangnya lebih murah. Akibatnya, toko-toko milik pengurus
               SI  terpaksa  tutup.  Kemudian  toko-toko  orang  Cina  kembali
               menaikkan harga-harga barang kebutuhan masyarakat.
                      Pada  1916,  R.  P.  Soeroso  terpilih  menjadi  ketua  Pengurus
               Besar  Perhimpunan  Pegawai  (Burgerlijke  Openbare  Werken;  BOW)
               seluruh  Indonesia.  Setahun  kemudian  (1917),  ia  dipilih  kembali
               menjadi  anggota  Gemeenteraad  Probolinggo.  Dalam  posisi  itu,
               Soeroso  membela  hak-hak  pedagang  kecil  agar  tidak  mendapat
               perlakuan  buruk  dari  pemerintah  setempat,  ia  memperjuangkan
               warung  atau  kios  milik  pedagang  kecil  di  pinggir  jalan  agar  tidak
               dibongkar  oleh  pihak  tertentu  terutama  kelompok  pedagang  besar
               ataupun pemerintah.
                      Di  daerah  gemeente  yang  mayoritas  dihuni  orang  Belanda,
               hak-hak penduduk pribumi menjadi terpinggirkan. Sebagai anggota
               dewan  gemeente,  Soeroso  terus  membela  kepentingan  masyarakat
               pribumi.  Salah  satu  hal  yang  diperjuangkannya  adalah  penerangan
               listrik  di  kampung,  akses  terhadap  air  minum,  pembuatan  jalan
               kampung,  dan  berbagai  hal  lain  yang  berpengaruh  besar  dan
               menyentuh  kehidupan  sehari-hari  orang-orang  kecil  di  wilayah
               tersebut.
                      Kemudian  pada  1918,  R.  P.  Soeroso  diangkat  sebagai
               Commisaris Centraal Bestuur Sarekat Islam. Pada masa itu, ia sering
               dikunjungi  Douwes  Dekker  yang  sedang  berkeliling  Jawa  untuk
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105