Page 105 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 105

92       Gubernur Pertama di Indonesia



                    Pada  waktu  itulah,  Presiden  Sukarno  mengangkat  R.  P.
            Soeroso sebagai Gubernur Provinsi Jawa Tengah merangkap Residen
            Kedu. Situasi politik saat itu boleh dikata tidak menentu. Secara  de
            jure  kekuasaan  di  tangan  Sekutu,  sedangkan  de  facto  diserahkan
            kepada Jepang. Situasi itu mendorong rakyat melakukan perlawanan
            untuk  mencapai  kemerdekaan  seutuhnya.  Ketika  itu  tokoh-tokoh
            Indonesia  berani  mengabaikan  keputusan  pihak  Sekutu.  Hal  itu
            menjadi  dorongan  dan  dukungan  moral  tersendiri  bagi  Soeroso
            untuk    menerima    tugas   baru   dalam    suasana   perjuangan
            mempertahankan kemerdekaan.

            MENJADI GUBERNUR JAWA TENGAH PERTAMA

            Ketika  R.P.  Soeroso  menjabat  sebagai  Gubernur  Jawa  Tengah,
            wilayah  Jawa  tengah  sempat  didatangi  oleh  seorang  perwira
            angkatan  udara  Inggris  yang  mengurus  keamanan  orang-orang
            Belanda  dan  orang-orang  Eropa  lainnya.  Kejadian  ini  berlangsung
            sebelum  Jakarta  didatangi  oleh  orang-orang  Inggris.  Dalam  hal
            kepengurusan  keamanan,  tentara  Inggris,  melancarkan  operasinya
            terhadap  orang-orang  Belanda  dan  Eropa  lainnya  di  Jawa  Tengah,
            terutama  di  Semarang.  Selain  itu,  para  tentara  Inggris  tersebut
            memperluas  operasi  mereka  sampai  ke  Jogja,  Solo  dan  berbagai
            wilayah  lainnya  yang  mana  terdapat  kamp  tahanan  orang-orang
            Belanda.
                    Selain  itu,  terdapat  orang-orang  Belanda  yang  mengaku
            sebagai  kepala  Palang  Merah  Internasional  Belanda  yang  datang
            untuk  menjumpai  pejabat  Jepang  dan  mengatur  kegiatan  Palang
            Merah Internasional di daerah Jawa Tengah, terutama Magelang. Hal
            tersebut  dilakukan  dengan  mengumpulkan  orang-orang  bekas
            tentara KNIL dengan jumlah kurang lebih 400 orang untuk menjadi
            perawat.  Kekuasaan  de  facto  yang  dimiliki  oleh  Jepang  terhadap
            Indonesia  tidak  dapat  menjadi  jaminan  bahwa  Jepang  berani
            menolak  permintaan  orang-orang  Belanda  dari  pihak  sekutu
            tersebut.  Akan tetapi,  R.P. Soeroso  mengambil langkah  yang berani
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110