Page 110 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 110
Raden Pandji Soeroso 97
1948. Ia diangkat menjadi panitia gaji pegawai negeri yang juga
merangkap sebagai kepala urusan pegawai. Selain itu, ia juga
diangkat menjadi penasihat Sutan Sjahrir dalam perundingan antara
wakil Republik Indonesia dan wakil pemerintah Belanda dalam
perundingan dengan Schmerhorn. Lalu R. P. Soeroso juga sempat
diminta oleh wakil presiden Bung Hatta untuk membuat rencana
undang-undang tentang pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, dan
kota. Rencana undang-undang yang dibuat oleh tim tersebut,
diterima oleh badan pengurus pusat dan menjadi undang-undang
nomor 22 tahun 1948. Undang undang tersebut menjadi landasan
terciptanya tata kerja pemerintahan daerah yang pada waktu itu
masih dalam keadaan yang belum stabil dan diisi oleh pertikaian
antara pihak Republik Indonesia dan pihak sekutu terutama Belanda.
Selain menjabat dalam berbagai posisi pemerintahan, R. P.
Soeroso juga memiliki pengalaman untuk mengkonsolidasikan
perdamaian di daerah, salah satunya adalah ketika terjadi pertikaian
antara panglima TNI Sudjaki dengan Residen Malang Mr. Sunarko.
Ketika itu R. P. Soeroso datang dengan kereta api dari Jogjakarta ke
Blitar pada malam hari, lalu ia berangkat ke Malang dengan kereta
api. Setelah itu, ia mendapat permasalahan ketika kereta yang
dinaikinya berhenti di tengah tengah sawah. Saat itu ia melihat
pesawat milik Belanda melintas di atas kereta tersebut dan banyak
penumpang yang turun dan lari dari kereta api. Pesawat milik
Belanda tersebut bersiap-siap untuk melakukan penyerangan dan
kemudian menembaki lapangan di sekitar kereta tersebut. Setelah
situasi mulai reda, baru R. P. Soeroso berjalan ke arah stasiun tanpa
mengetahui nasib dari para penumpang yang lari ke tengah sawah.
Ketika ia sudah sampai di kota Malang, ia menemukan rumah
Residen yang sudah terbakar lalu yang mencari Panglima Sudjaki,
tetapi mendapat kabar bahwa ia sudah keluar kota. Sementara itu
tentara Belanda telah mendekati kota. R.P. Soeroso kemudian ikut
bersama orang-orang untuk mengungsi ke arah Selatan, tetapi
kemudian masuk ke rumah milik dr. Surodjo. Ia kemudian tinggal di
rumah itu hingga pagi hari, kemudian pada malam hari ia melihat api