Page 108 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 108

Raden Pandji Soeroso        95



               antara eksekutif dan legislatif, yaitu KNI Daerah menjalankan urusan
               legislatif,  sedangkan  Sri  Sultan  dan  Sri  Paku  Alam  menjalankan
               urusan pemerintahan eksekutif dan sekaligus menjadi kepala daerah
               yang secara turun-temurun dapat disahkan menurut undang pokok
               pemerintahan  daerah  nomor  22/1948.  Undang-undang  tersebut
               merupakan hasil dari buah pikiran R.P. Soeroso.
                      Semasa  menjabat  sebagai  gubernur,  terdapat  satu  insiden
               yang  menjadi  catatan  tersendiri  bagi  R.P.  Soeroso,  yaitu  insiden
               menaikkan bendera merah putih oleh para pemuda pimpinan Patih
               Judadibrata  dari  kantor  gubernur  di  Magelang.  Pada  waktu  itu,
               Jepang oleh tentara Sekutu masih diberikan kekuasaan de facto dan
               masih  melarang  mengibarkan  bendera  Merah  Putih  sesuai  dengan
               keinginan rakyat Indonesia.
                      Rakyat yang sudah berkumpul di Gunung Tidar karena telah
               mendengar  kabar  akan  dilaksanakannya  peristiwa  pengibaran
               bendera  tersebut,  kemudian  mulai  menyeruak  masuk  ke  dalam
               kantor gubernur. Akan tetapi pihak tentara Jepang berupaya untuk
               menghalang-halangi  kegiatan  tersebut  sehingga  kadang  menjadi
               panas.  Kemudian  hingga  saat  siang  hari,  rakyat  berdatangan  dari
               sekitar  kota  Jogjakarta  karena  terjadi  peristiwa  penembakan  dari
               pihak  Jepang  sehingga  terdapat  dua  pemuda  pribumi  yang  jatuh
               menjadi  korban.  Rakyat  sekitar  menjadi  marah  dan  menyerang
               tentara  Jepang  yang  kemudian  berujung  kepada  masuknya  para
               tentara Jepang ke dalam markas besar. R. P. Soeroso yang menerima
               laporan tersebut, langsung datang dan memberikan nasehat maupun
               imbauan  kepada  masyarakat  agar  tenang  dan  tidak  menyerbu
               markas besar tentara  Kenpetai dari pihak Jepang yang siap dengan
               berbagai senjata lengkap yang dapat menimbulkan jatuhnya korban
               dalam  jumlah  lebih  banyak.  Setelah  itu,  R.  P.  Soeroso  pergi
               menghadap Jenderal Tanaka untuk memintanya menghukum tentara
               Kenpetai  yang  bertindak  kejam  terhadap  masyarakat  pribumi,
               setelah  itu  Jenderal  Tanaka  menyanggupi  permintaan  dari  R.  P.
               Soeroso tersebut.
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113