Page 103 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 103

90       Gubernur Pertama di Indonesia



            dunia  sehingga  Soeroso  tampil  menggantikan  sebagai  ketua  fraksi
            hingga kedatangan tentara Jepang pada tahun berikutnya.
                    Fraksi  nasional  menjadi  populer  pada  masanya.  Berbagai
            putusan  penting  yang  diambil  fraksi  menjadi  landasan  kebijakan
            pemerintah  terutama  dalam  masalah  kesejahteraan  masyarakat
            pribumi. Pemerintah sendiri menilai bahwa para tokoh dalam fraksi
            nasional  memiliki  pengaruh  yang  sangat  besar  sehingga  banyak
            tugas penting yang diberikan kepada anggota fraksi tersebut. Salah
            satu  tugas  yang  cukup  besar  tanggung  jawabnya  adalah  ketika
            anggota  fraksi—antara  lain  R.  P.  Soeroso,  Oto  Iskandardinata,
            Wiwoho,     dan   Sukardjo   Wirjopranoto—diminta     mendukung
            pemerintah  Hindia  Belanda  untuk  bersama-sama  menghadapi
            kedatangan  tentara  Jepang  yang  ketika  itu  telah  bercokol  di
            Semenanjung  Malaka.  Namun,  dalam  pertemuan  yang  membahas
            masalah  itu—dari  pihak  pemerintah  diwakili  Dr.  Idenburg—tidak
            dihasilkan kesepakatan yang sesuai dengan harapan pemerintah.
                    Tidak  lama  setelah  pertemuan  tersebut,  tentara  Jepang
            datang menduduki Indonesia. Belanda pun menyerah.

            DALAM       MASA     PENDUDUKAN         JEPANG     DAN     AWAL
            KEMERDEKAAN

            Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, R. P. Soeroso masih menjabat
            sebagai ketua Perhimpunan Pegawai, ketua Vaksentraal, dan anggota
            Volksraad.  Namun,  dalam  masa  penjajahan  baru  itu  terjadi
            pembekuan  terhadap  seluruh  organisasi  dan  partai  politik
            peninggalan  Hindia  Belanda.  Sebagai  gantinya,  pemerintah
            pendudukan  Jepang  membentuk  organisasi  Putera  (Pusat  Tenang
            Rakyat),  pada  16  April  1943.  Tujuannya  menghimpun  kaum
            nasionalis  dan  intelektual  menyatukan  melawan  Sekutu.  Selain  itu,
            Putera  diharapkan  melahirkan  pemimpin  dari  kalangan  orang
            Indonesia sendiri.
                    Untuk memimpin Putera, pemerintah pendudukan menunjuk
            Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan K. H. Mas
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108