Page 113 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 113

100       Gubernur Pertama di Indonesia



            mendapatkan  kedaulatan  kemerdekaan  Indonesia  pada  Republik
            Indonesia secara penuh pada tahun 1949.
                    Pada bulan Januari 1950, R.P. Soeroso diminta oleh Menteri
            Dalam  Negeri  untuk  pergi  ke  Solo  bersama  dengan  sekretaris
            jenderal  departemen  dalam  Negeri  untuk  menjumpai  Sri  Sunan
            Pakubuwono  XII  dan  seri  Mangkunegara    VIII  untuk  memberikan
            status  daerah  istimewa Surakarta  yang  terdiri  dari  Kesunanan  dan
            Mangkunegaran.  Hal  ini  sesuai  dengan  status  yang  diterima  oleh
            Jogjakarta  menurut  undang  undang  nomor  22/1948,  di  mana  Sri
            Sunan  dan  Sri  Mangkunegara  menjadi  kepala  daerah  kesatu  dan
            kedua.
                    Dalam  persetujuan  ini,  Sri  Sunan  tidak  keberatan  terhadap
            keputusan  tersebut,  akan  tetapi  Sri  Mangkunegara  meminta  posisi
            masing-masing  untuk  berdiri  secara  sendiri-sendiri.  R.P.  Soeroso
            menegaskan  bahwa  pemerintahan  daerah  harus  sesuai  dengan
            undang-undang  yang  ditetapkan.  Tetapi,  penasehat  dari  Sunan  dan
            Mangkunegoro  meminta  beberapa  kekuasaan  masih  dapat
            diteruskan  oleh  raja.  Salah  satu  dari  hak  yang  diminta  adalah
            kekuasaan  untuk  pengangkatan  wedana.  Meskipun  mendapat
            persyaratan berat yang diajukan oleh pihak raja, R.P. Soeroso tetap
            menerangkan  kembali  bahwa  tugas  tugas  kepala  daerah  telah
            ditetapkan  pada  undang  undang  nomor  22/1948  yang  sudah
            tetapkan  oleh  pemerintah.  Ia  juga  menegaskan  bahwa  apa  yang
            diminta oleh para penasihat raja tersebut, berada di luar aturan dan
            ketentuan undang undang. Ketidaksepakatan yang dialami oleh R.P.
            Soeroso bersama dengan para penasihat raja tersebut menghasilkan
            kebuntuan. Oleh karena itu, pembicaraan dan rapat tidak dilanjutkan
            serta R.P. Soeroso kembali pulang dan memberikan laporan kepada
            Menteri Dalam Negeri. Hasil pembicaraan antara kedua raja tersebut
            yang berakhir dalam kebuntuan. Upaya untuk membentuk Provinsi
            Daerah Istimewa Surakarta kemudian tidak dilanjutkan.
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118