Page 202 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 202

188       Gubernur Pertama di Indonesia



            Wakil  Presiden  berupa  dukungan  dan  kesetiaan  SKI  terhadap
            Republik Indonesia.
                               49
                    Konsekuensi  politik  dan  yuridis  Persetujuan  Linggarjati
            menjadikan  Kalimantan  berada  di  luar  wilayah  Republik  Indonesia.
            Dengan sendirinya, kedudukan Gubernur Kalimantan tidak ada lagi karena
            dihapuskan  berdasarkan  Penetapan  Pemerintah  Republik  Indonesia
            Nomor  2  Tahun  1947.  Konsekuensi  lainnya  seluruh  satuan  tentara
            Republik  di  luar  Jawa  dan  Sumatera  harus  dibubarkan.  Selaras  dengan
            Persetujuan  Linggarjati,  Ir.  Pangeran  Mohammad  Noor  berhenti  menjadi
            Gubernur Kalimantan, sedangkan Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan
            Kalimantan  di  Tuban  dilikuidasi  dan  diubah  statusnya  menjadi  Mobiele
            Brigade ALRI bermarkas di Madiun.
                    Menanggapi  Persetujuan  Linggarjati,  Gubernur  Pangeran
            Mohammad Noor menyatakan,

                    Sebagai konsekuensi dari Persetujuan Linggarjati dan untuk
                    melaksanakan  salah  satu  daripada  siasat  perjuangan  yang
                    digariskan  oleh  Panitia  Pemikir  Siasat  di  bawah  pimpinan
                    Bung Hatta, maka dengan restu beliau cara perjuangan saya
                    alihkan dari infiltrasi bersenjata ke infiltrasi politik (infiltrasi
                    ke  daerah  pendudukan  Belanda).  Menurut  perhitungan
                    secara  tehnis-realistis  maka  untuk  mencapai  efisiensi  yang
                    sebesar-besarnya, markas besar saya harus dipindahkan dari
                    Yogyakarta ke Jakarta di mana tersedia segala fasilitas untuk
                    melaksanakan infiltrasi politik itu.
                                                    50

                    Gubernur  Pangeran  Mohammad  Noor  kemudian  pindah  ke
            Jakarta  pada  1947.  Di  Jakarta,  ia  mendirikan  Yayasan  Dharma,
            menerbitkan    mingguan     Mimbar    Indonesia   dengan    tujuan
            memberikan  penerangan  serta  menanamkan  semangat  dan
            keinsyafan bernegara, terutama bagi rakyat Indonesia yang berada di
            daerah  pendudukan  Belanda.  Misi  terbitan ini adalah  mengalahkan
            wacana federal yang dibangun pemerintah Belanda.
                    Sementara itu, pasukan MN 1001 yang telah berkembang di
            Kalimantan  berganti  nama  menjadi  Partai  MTK  (Mandau  Talabang
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207