Page 92 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 92
Soetardjo Kartohadikoesoemo 79
12 Setiadi, Sutardjo, hlm. 17.
13 Manus, dkk., Tokoh-tokoh, hlm. 72.
14 Manus, dkk., hlm. 158.
15 Manus, dkk., hlm. 17–8.
16 Manus, dkk, hlm. 73.
17 Anderson, Java, hlm. 114.
18 Berdasarkan korespondensi antara Soetardjo dengan Ben Anderson pada 31
Januari 1962. Menurut Anderson, kemungkinan besar salah satu bagian dari tawar-
menawar itu adalah bahwa pemimpin pamong praja akan diberi posisi tinggi di
provinsi sebagai indikasi kepercayaan pemerintah baru terhadap mereka; lihat
Anderson, Java.
19 John R. W. Smail, Bandung awal Revolusi 1945–1946 (Jakarta: Ka Bandung, 2011),
hlm. 45.
20 Smail, Bandung, hlm. 47–8.
21 Smail, hlm. 52–5.
22 Setiadi, Sutardjo, hlm. 168.
23 Setiadi, hlm. 170.
24 Sewaka, Tjorat-tjaret dari Djaman ke Djaman (Bandung, 1952), hlm. 80.
25 Abdul Haris Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 1: Kenangan Masa Muda
(Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 113.
26 Setiadi, Sutardjo, hlm. 172.
27 Smail, Bandung, hlm. 121.
28 Smail, hlm. 173.
29 Smail mencatat, pada November 1945, populasi di Bandung meliputi 380.000
orang Indonesia; 40.000 orang Tionghoa; 60.000 orang Eropa (termasuk pasukan
Belanda); 2.000 orang tentara Gurkha; 1.500 orang sisa pasukan Jepang. Hingga
Maret 1946, lebih dari 800 orang Belanda, Eropa, dan Tionghoa menjadi korban aksi
revolusi di Bandung. Lihat Smail, Bandung, hlm. 121 dan 131.
30 Setiadi, Sutardjo, hlm. 178.