Page 88 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 88
Soetardjo Kartohadikoesoemo 75
PENUTUP
Sepanjang hidup dan aktivitasnya, Soetardjo Kartohadkoesoemo
memainkan sikap moderat yang jauh dari kesan radikal. Namun,
bukan berarti perjuangannya tak mengalami aral dan onak. Sebagai
bagian dari kaum elite yang bisa hidup tenang dan aman, ia
cenderung agak melawan arus. Dirinya tak dapat ditebak dengan
mudah.
Pada masa kolonial, Soetardjo mengejawantahkan dirinya
sebagai birokrat yang loyal. Sebagai pejabat pemerintah, ia menaruh
perhatian yang besar terhadap rakyat desa. Di mata Soetardjo, ibarat
membentuk keluarga, rakyat desa adalah sendi terpenting dalam
pembangunan sebuah negara. Pandangan ini kelak mengantarkannya
ke jenjang pengabdian yang lebih tinggi dalam hidupnya. Pengalaman
yang kuat di tingkat akar rumput (baca: rakyat) menempa kualitas
Soetardjo sebagai birokrat ulung.
Imajinya membayangkan sebuah negara yang maju dengan
rakyat yang merdeka lahir-batin. Dalam hal ini, jiwa
kepamongprajaan Soetardjo tak diragukan kesetiaannya pada
pemerintah. Di sisi lain, ia juga tampil ke panggung pergerakan
secara bertahap sebagai seorang nasionalis. Bukan karena hendak
melawan, akan tetapi karena sifatnya yang lurus melihat ketidakdilan
yang dialami rakyat sebangsanya. Dukungannya terhadap penolakan
penggunaan istilah inlander membuktikan karakter ini.
Dalam pentas pergerakan nasional, namanya memang tak
sementereng tokoh pergerakan non-koperasi yang menentang
penjajah terang-terangan. Ia melawan kolonialisme dari dalam
sistem kekuasaan. Soetardjo bersikap hati-hati namun berani,
membingungkan orang sebangsanya ataupun orang Belanda. Pada
suatu saat ia menunjukkan loyalitas terhadap pemerintah kolonial
untuk kemudian mencelanya. Hal itu terbukti ketika ia mengajukan
Petisi Soetardjo dan berbagai mosi dalam Volksraad.
Menurut Ongokham, sejarawan Indonesia yang menekuni
sejarah birokrasi, usulan Soetardjo membuka relasi baru antara