Page 85 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 85
72 Gubernur Pertama di Indonesia
bermasalah, tawaran “hijrah” ke pemerintah pusat sesungguhnya
mengecewakan Soetardjo. Akan tetapi, bagaimanapun, ia menerima
keputusan Presiden dan tetap melakukan kewajibannya sebagai
aparat pemerintah. “Sebagai seorang pamong praja, yang selalu
patuh kepada pemerintah, saya menjawab bersedia,” ujar
Soetardjo.
43
Demikianlah, Soetardjo Kartohadikoesoemo memulai fase
baru sebagai abdi negara dalam Dewan Pertimbangan Agung. Dengan
instruksi perpindahan tugas itu, ia tinggalkan Jawa Barat untuk
selanjutnya mengemban tugas baru di Yogyakarta. Soetardjo
mengenang suasana haru saat segenap pamong praja dan pegawai
negeri yang lain ikut mengantarkan dirinya. Di setiap stasiun besar
hingga Kroya, kereta api dihentikan sejenak. Para pegawai negeri
yang sengaja menunggu di stasiun menghaturkan kata selamat jalan
sebagai bentuk hormat dan ucapan perpisahan kepada Soetardjo dan
keluarga yang menyertainya.
44
Perpindahan Soetardjo mengguratkan sedikit keanehan. Ia
tak pernah menerima surat keputusan presiden tentang
pemberhentian dirinya dari jabatan Gubernur Jawa Barat. Posisinya
sebagai gubernur digantikan oleh seorang jaksa yang pernah
membantunya. Namun, dalam pandangan Soetardjo, penggantinya
bukanlah sosok yang tepat menjadi penyulih dirinya sebagai
gubernur. Hal itu membuatnya kecewa. Sebenarnya, Soetardjo
memiliki sendiri calon penggantinya yang ia nilai tepat memimpin
Jawa Barat, yakni Ardiwinangun, yang kala itu adalah residen
Priangan.
45
Hanya beberapa hari sebelum penggantian Soetardjo, terjadi
berbagai masalah di Bandung. Menurut Didi Kartasasmita, perwira
tinggi militer saat itu, keadaan di Bandung bergolak. Dalam suasana
demikian, terjadi saling fitnah, saling tuduh, bahkan saling bunuh di
antara laskar pejuang.
46