Page 81 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 81
68 Gubernur Pertama di Indonesia
penerima tamu. Seorang diri, Soetardjo berhadapan dengan tiga
orang perwira Inggris yang dijaga oleh empat orang serdadu Gurkha
bersenjata. Keadaan di bawah ancaman demikian membuat
Soetardjo terintimidasi dan dalam posisi terjepit.
Jenderal Mac Donald meminta pertanggungjawaban
Gubernur Soetardjo atas serangan bersenjata pasukan Indonesia. Ia
juga meminta agar barikade harus disingkirkan dari jalan. Tenggat
waktu paling lama ditetapkan, yakni hingga pukul 12.00, tanggal 26
November 1945. Namun, Soetardjo menolak tudingan dan
34
permintaan Mac Donald. Menurutnya, sebagai seorang pegawai
pemerintahan sipil dengan kedudukan gubernur Jawa Barat, dirinya
tak punya kekuasaan atas pasukan bersenjata. Pimpinan tentara
Sekutu bergeming, dan melontarkan tuntutan tambahan, yaitu agar
orang Indonesia eksodus dari Kota Bandung ke arah selatan.
Soetardjo tetap kukuh menolak tunduk seraya menjawab, “setiap
orang pun mengerti bahwa hal itu tidaklah mungkin.” Pertemuan
berakhir dengan ultimatum: dalam dua hari berikutnya seluruh
penduduk Kota Bandung sudah harus pindah ke sebelah selatan jalur
rel kereta api.
35
Pada 27 November 1945, dengan alasan menghindari
pertentangan yang sering terjadi antara Sekutu dan Indonesia, Kota
Bandung ditetapkan menjadi dua bagian. Bagian sebelah utara
merupakan wilayah Sekutu dan Belanda sedangkan Indonesia
menempati bagian selatan. Sebagai batas dari dari kedua wilayah,
ditetapkan jalan kereta api yang membelah kota Bandung dari barat
ke timur.
36
Setelah pertemuan dengan Gubernur Soetardjo, Jenderal Mac
Donald mengeluarkan ultimatum sebagai berikut.
1. Pihak Indonesia harus mengevakuasi (mengosongkan)
kawasan utara Bandung dengan patokan jalur kereta api
sebelum pukul 12.00.
2. Tidak ada warga sipil yang diperbolehkan berada pada radius
200 meter dari posisi Inggris maupun Jepang.