Page 77 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 77
64 Gubernur Pertama di Indonesia
bahaya kelaparan di India, pemerintah Indonesia justru mampu
menyumbang 300 ton beras.
MENYUSUN KEKUATAN
Sementara Sekutu sibuk melucuti tentara Jepang, pasukan Belanda
dan pejabat NICA menyusun pemerintahan kolonialnya. Upaya
provokasi dibangun untuk menekan pemerintah Indonesia. Di Jawa
Barat, aksi ofensif Belanda pun cukup masif. Pada pertengahan 1945,
tentara Sekutu dan NICA telah memasuki dan menduduki beberapa
kota penting yakni Bogor, Cianjur, dan Bandung.
Pada November 1945, Gubernur Soetardjo
Kartohadikoesoemo mulai menetap di Bandung. Saat itu ketegangan
makin meningkat. Pada 8 November 1945, koresponden harian
Merdeka melaporkan perilaku arogan orang Belanda yang
menggunakan senapan submesin untuk memaksa orang-orang di
pasar menjual makanan kepada mereka. Tiga hari kemudian, seorang
koresponden Belanda melaporkan perilaku orang Indonesia yang
semakin brutal; menculik tentara Sekutu yang ditugaskan mengurus
tahanan perang Jepang; mengusir orang-orang Eropa keluar dari
rumahnya dan memboikot mereka di toko-toko; mengurangi aliran
makanan segar ke kota.
27
Dalam memoarnya, Soetardjo mengenang suasana yang
sangat mencekam. Berbagai pengalaman terekam, suka dan duka
perjuangan. Gejolak silih berganti. Suara senapan setiap sore dan
malam terdengar menderu di dalam kota. Konflik bersenjata antara
pasukan Republik kontra Sekutu dan Belanda memang tak
terhindarkan. Rumah gubernuran yang menjadi kediaman Soetardjo
di Jalan Stasion Bandung tak luput dari sasaran serangan. Soetardjo
menggambarkan, bagaimana rumah kediamannya ikut dijaga ketat
oleh pasukan laskar. Sebanyak satu peleton pemuda bersenjata
menjaga rumah itu di sisi kiri sementara di sisi kanan dijaga oleh
empat orang gadis cantik bersenjatakan brengun. Saban malam,
28