Page 76 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 76

Soetardjo Kartohadikoesoemo        63



               rakyat  Jawa  Barat.  Untuk  sementara,  Tanah  Sunda  terhindar  dari
               pertempuran.
                            25

               MENOLAK BERAS BELANDA

               Saat  Sekutu  menduduki  Jawa  Barat,  kekurangan  beras  tengah
               melanda.  Krisis  pangan  yang  dialami  rakyat  terpantau  oleh  Sekutu
               dan  Belanda.  Kendati  demikian,  mereka  tak  punya  otoritas
               berhubungan  dan  menerapkan  kebijakannya  secara  langsung
               terhadap rakyat, melainkan harus dengan perantaraan pemerintahan
               Indonesia.  Sebuah  kesepakatan  lantas  ditawarkan  kepada  pejabat
               tinggi Republik.
                      Pembicaraan  segitiga  antara  pemerintah  Indonesia,  Sekutu,
               dan  Belanda  digelar.  Pertemuan  berlangsung  di  gedung  Merdeka
               Selatan (kantor Pertamina sekarang). Pemerintah Indonesia diwakili
               Sri  Sultan  Hamengkubuwono  IX,  Walikota  Jakarta  Suwirjo,  Ir.
               Surachman  dari  Departemen  Perekonomian,  Mr.  Latuharhary  dari
               Departemen  Dalam  Negeri,  dan  Soetardjo  selaku  gubernur  Jawa
               Barat yang sekaligus mewakili sebagai juru bicara pemerintah RI.
                      Belanda  dengan  perantaraan  pimpinan  tentara  Sekutu
               menawarkan pemberian beras gratis dengan jumlah yang agak besar.
               Soetardjo  menilai  tawaran  itu  sebagai  jebakan  politis.  Ia
               menandaskan  bahwa  bangsa  Indonesia  sudah  merdeka.  Maka
               pemerintah RI-lah yang bertanggung jawab atas nasib rakyat di Jawa
               Barat. Sambil tetap mengucap terima kasih, pemberian beras Belanda
               itu  ditolaknya  secara  tegas.  Tak  ingin  menyerah,  Brigadir  Jenderal
               Mac  Donald  ikut  melobi  seraya  bertanya  apakah  Gubernur
               (Soetardjo)  tak  takut  akan  datangnya  bahaya  kelaparan.  Soetardjo
               tak kalah cerdik menimpali, “Bukankah dahulu pemerintah Belanda
               sendiri  mengatakan  bahwa  rakyat  kami,  de  inlanders,  bisa  hidup
               segobang sehari?”
                                26
                      Mendengar jawaban Soetardjo, Sri Sultan Hamengkubuwono
               IX tertawa terpingkal-pingkal. Beberapa bulan kemudian, saat terjadi
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81