Page 78 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 78

Soetardjo Kartohadikoesoemo        65



               pekarangan  belakang  rumah  gubernuran  dilempari  granat  oleh
               serdadu-serdadu Belanda. Beruntung, tak sampai mengenai rumah.
                      Provokasi  tentara  Belanda  menyulut  para  pejuang  gerilya
               membalasnya.  Aksi  kekerasan  menjadi  gejala  sosial  berdarah  yang
               menjalajar,  khususnya  di  Bandung.  Mayoritas  korban  pembunuhan
               yang  dilakukan  oleh  orang  Indonesia  adalah  orang  Eropa  dan
               Tionghoa, selain orang Belanda dan bahkan sesama orang Indonesia
               yang dicap mata-mata. Hampir seluruh pembunuhan tersebut terjadi
               di kawasan pemukiman orang Indonesia di Bandung bagian selatan.
               Bahkan  kawasan  pinggiran  di  Bandung  sebelah  utara  juga  tak
               sepenuhnya aman.
                                 29
                      Sementara  itu,  di  kota-kota  kabupaten  para  pemuda
               mengadakan  latihan  militer.  Kekuatan  perjuangan  dari  daerah
               diharapkan  menjadi  penahan  manakala  Sekutu  melakukan  ofensif
               dan  pendukung  untuk  melancarkan  serangan  umum.  Gubernur
               Soetardjo  kerap  turun  ke  daerah-daerah  kabupaten  menginspeksi
               pasukan  dan  kekuatan  pertahanan.  Selain  itu,  ia  juga  sedang
               mengusahakan memperoleh senjata milik tentara Jepang.
                      Pada waktu itu, Jenderal Yamamoto, pimpinan staf Komando
               Angkatan  Darat  Jepang  (Rikugun)  diasingkan  Sekutu  di  Bandung.
               Gubernur  Soetardjo  menjalin  korespondensi  dengan  Yamamoto.
               Gubenur  melobi  agar  senjata  Jepang  tidak  diserahkan  seluruhnya
               kepada  tentara  Sekutu.  Sebagian  besar  senjata  itu,  bila  mungkin
               hendak  dialihkan  kepada  pejuang-pejuang  Republik  guna  melawan
               pendudukan  tentara  Sekutu  dan  Belanda.  Soetardjo  meyakinkan
               Yamamoto, rakyat Indonesia akan memenangkan perjuangan.
                      Permintaan     senjata   akhirnya   disetujui   Yamamoto.
               Perbincangan  itu  juga  menyusun  skenario  untuk  memperoleh
               senjata-senjata  itu.  Caranya,  para  pejuang  gerilya  berpura-pura
               menyerbu  setiap  kampemen  yaitu  kelompok  rumah  militer  atau
               barak  Jepang.  Kemudian,  senjata-senjata  beserta  amunisinya
               “dibolehkan”  direbut  para  pejuang.  Untuk  melaksanakan  misi  itu,
               Gubernur Soetardjo  disarankan menemui panglima resimen Jepang
               di Jawa Barat yang memegang gudang senjata.
                                                          30
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83