Page 90 - 02 BUKU BAHAN MATERI FILM SEJARAH 270118
P. 90

BERITA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DI INDONESIA






                   Tiga serangkai itu sepakat berbagi peran. Sukarno dan Hatta bergerak “di
                   atas tanah” atau bekerjasama dengan Jepang, sedangkan Sjahrir bergerak
                   “di  bawah  tanah”  atau  tidak  bekerjasama  dengan  Jepang.  Hatta bersedia

                   menjadi penasehat pemerintah militer Jepang. Dia dibantu oleh  A.K.
                   Pringgodigdo, Suwiryo, Sujitno Mangunkusumo, dan Mr. Hardjono.
                         Pemerintah Pendudukan Jepang berkeinginan segara mendapat
                   dukungan dari rakyat Indonesia. Untuk itu, mereka berusaha membentuk

                   opini publik guna mendongkrak pencitraan, dengan membentuk barisan
                   propaganda yang disebut Sendenbu. Caranya dengan mengambil alih media
                   massa, merekrut wartawan, penulis, penyair, dan seniman. Saat itu, di
                   Bandung ada empat surat kabar berbahasa Inggris dan Sunda, yakni Nicork

                   Express, Sipatahunan, Sinar Pasundan, dan Sepakat. Agar pemberitaannya
                   seragam dan mendukung program Jepang, keempat pemilik dan pengelola
                   surat kabar tersebut dikumpulkan. Sendenbu memutuskan melebur
                   keempat surat kabar tersebut menjadi satu surat kabar. Untuk menyeleksi

                   naskah berita yang masuk, dibentuk badan sensor berita.
                         Para pemimpin perusahaan, pemimpin redaksi, hingga wartawan
                   keempat surat kabar tersebut sempat keberatan dengan peleburan tersebut.
                   Namun mereka tidak berdaya, karena ditekan tentara Jepang. Maka, pada

                   Senin, 6 Roku Gatsu 2602 (1942) terbitlah suratkabar tunggal di Bandung
                   bernama Tjahaja yang beralamat di Jalan Raya Wetan (Groote Post-weg
                   Oost) nomor 54, Bandung. Pegawai Gunsei, Otto Iskandardinata, didapuk
                   sebagai Direktur Tjahaja; bekas Pemimpin Sepakat  A. Hamid sebagai

                   Pemimpin Pusat Redaksi; bekas Direktur Sipatuhunan, Niti Sumantri,
                   sebagai Pemimpin Administrasi; bekas Direktur Nicork Express, Bratanata,
                   sebagai Pemimpin Propaganda Reklame; bekas Direktur Sinar Pasundan,
                   Ali Ratman, sebagai Pemimpin Percetakan.

                         Pemerintah Pendudukan Militer Jepang menghadapi persoalan
                   serius pada  1944.  Di  daerah-daerah  pendudukan  di  Asia  Pasifik,  Jepang



                                                                                        89
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95