Page 42 - Kelas XI_PPKn_KD 3.2
P. 42
oleh berbagai tekanan politik baik dari luar maupun dalam
negeri. Dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat,
secara terbuka meminta Presiden Soeharto mundur dari
jabatannya sebagai presiden. Dari dalam negeri, timbul gerakan
massa yang dimotori oleh mahasiswa turun ke jalan menuntut
Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Tekanan dari massa
mencapai puncaknya ketika tidak kurang dari 15.000
mahasiswa mengambil alih Gedung DPR/MPR yang
mengakibatkan proses politik nasional praktis lumpuh.
Sekalipun pada saat-saat akhir Presiden Soeharto ingin
menyelematkan kursi kepresidenannya dengan menawarkan
berbagai langkah, antara lain reshuffle (perombakan) kabinet
dan membentuk Dewan Reformasi, akan tetapi Presiden
Soeharto tidak punya pilihan lain kecuali mundur dari
jabatannya.
Akhirnya pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto bertempat di Istana Merdeka Jakarta menyatakan
berhenti sebagai Presiden dan dengan menggunakan pasal 8
UUD 1945, Presiden Soeharto segera mengatur agar Wakil
Presiden Habibie disumpah sebagai penggantinya di hadapan
Mahkamah Agung, karena DPR tidak dapat berfungsi karena
gedungnya diambil alih oleh mahasiswa. Saat itu, kepimpinan
nasional segera beralih dari Soeharto ke Habibie. Hal ini
merupakan jalan baru demi terbukanya proses demokratisasi di
Indonesia. Kendati diliputi oleh kontroversi tentang status
hukumnya, pemerintahan Presiden Habibie mampu bertahan
selama satu tahun kepemimpinan.