Page 18 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.6
P. 18
18
anggapan orang sultan palembang Darussalam sampai hati membunuh
saudara karena harta / tahta (Badar Darussalam
Serangan dadakan ini tentu saja melumpuhkan Palembang karena
mengira pada hari Minggu orang Belanda tidak menyerang. Setelah
melalui perlawanan yang hebat, tanggal 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke
tangan Belanda. Kemudian pada 1 Juli 1821 berkibarlah bendera rod, wit,
en blau di bastion Kuto Besak, maka resmilah kolonialisme Hindia Belanda
di Palembang.
Tanggal 13 Juli 1821, menjelang tengah malam tanggal 3 Syawal ,
SMB II beserta sebagian keluarganya menaiki kapal Dageraad pada
tanggal 4 syawal dengan tujuan Batavia. Dari Batavia SMB II dan
keluarganya diasingkan ke Pulau Ternate sampai akhir hayatnya 26
September 1852. Sebagian Keluarga Sultan karena tidak mau ditangkap,
mengasingkan diri ke daerah Marga Sembilan yang di kenal sekarang
sebagai Kabupaten Ogan Komering Ilir dan berasimilasi dengan penduduk
di Desa yang dilewati Mulai dari Pampangan sampai ke Marga Selapan
Kecamatan Tulung Selapan Panglima Radja Batu Api sampai meninggal
disemayamkan Di Tulung Selapan. ( selama 35 tahun tinggal di Ternate
dan sketsa tempat tinggal Sri Paduka Susuhunan Ratu Mahmud
Badaruddin / SMB II disimpan oleh Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu
Diradja).
5. Radin Inten II (Lampung)
Radin Inten II
Sumber Gambar:
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Portret_van_Tuanku_Imam_Bonjol.jpg
Radin Inten II (Aksara Lampung: ; lahir lahir di Kuripan,
Lampung, 1 Januari 1834 – meninggal di Negara Ratu, Lampung, 5
Oktober 1858 pada umur 24 tahun adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bandara Radin Inten II
dan perguruan tinggi IAIN Raden Intan di Lampung.
Berdasarkan penelitian, Radin Inten II masih keturunan Fatahillah
yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri
Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung,
cikal-bakal pemegang kekuasaan di keratuan tersebut.