Page 23 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.6
P. 23
23
membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh
Kapten Tack dan Saint-Martin.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten
aktif membina hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai kesultanan
di sekitarnya, bahkan dengan negara lain di luar Nusantara. Banten
menjalin hubungan dengan Turki, Inggris, Aceh, Makassar, Arab, dan
kerajaan lain Sekitar tahun 1677, Banten mengadakan kerjasama dengan
Trunojoyo yang sedang memberontak terhadap Mataram. Tidak hanya itu,
Banten juga menjalin hubungan baik dengan Makassar, Bangka, Cirebon
dan Inderapura.
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja
sama dengan pedagang-pedagang Eropa selain Belanda, seperti Inggris,
Denmark, dan Prancis.
Pada tahun 1671, Raja Prancis Louis XIV mengutus François Caron,
pimpinan Kongsi Dagang Prancis di Asia sekaligus pemimpin armada
pelayaran ke Nusantara. Setelah mendarat di pelabuhan Banten, ia
diterima oleh Syahbandar Kaytsu, seorang Tionghoa muslim. Pada 16 Juli
1671, raja didampingi oleh beberapa pembesar kerajaan mendatangi
kediaman orang-orang Prancis di kawasan Pecinan. Caron meminta izin
untuk membuka kantor perwakilan di Banten. Hal itu berangkat dari
pengalaman Caron yang pernah bekerja pada VOC dan berambisi
membuat kongsi dagang Prancis sebesar VOC. Raja kemudian
menanyakan tujuan kongsi dagang mereka, ke mana tujuan kapal-kapal
mereka, barang dagangan yang diinginkan, dan jumlah uang tunai yang
mereka miliki. Sesudah itu pihak Prancis berusaha menjual barang muatan
mereka. Barang-barang dagangan apa saja dapat dijual, kecuali candu
yang dilarang keras beredar di Banten.
Caron kembali mengunjungi raja dan menghadiahkan getah damar,
dua meja besar (yang dibawa dari Surat, India), dua belas pucuk senapan,
dua jenis mortir, beberapa granat, dan hadiah lain.
Caron dan Gubernur Banten kemudian menyetujui perjanjian yang
berisi sepuluh kesepakatan mengenai pemberian kemudahan dan hak-hak
khusus kepada pihak Prancis, sama dengan yang diberikan kepada pihak
Inggris.
Hubungan baik antara Inggris dan Banten sudah terjalin sejak lama,
salah satunya adalah ketika Sultan Abdul Mafakhir mengirimkan surat
ucapan selamat pada tahun 1602 kepada Kerajaan Inggris atas
dinobatkannya Charles I sebagai Raja Inggris. Sultan Abdul Mafakhir juga
memberikan izin kepada Inggris untuk membuka kantor dagang. Bahkan,
Banten menjadi pusat kegiatan dagang Inggris sampai akhir masa
penerintahan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1682, karena saat itu terjadi
perang saudara antara Sultan dengan putranya, Sultan Haji. Sultan Haji
meminta bantuan Belanda, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa diketahui
meminta bantuan dari Kerajaan Inggris untuk melawan kekuatan anaknya
itu.
Pada 1681, Sultan Haji mengirim surat kepada Raja Charles II. Dalam
suratnya, dia berminat membeli senapan sebanyak 4000 pucuk dan
peluru sebanyak 5000 butir dari Inggris. Sebagai tanda persahabatan,
Sultan Haji menghadiahkan permata sebanyak 1757 butir. Surat ini juga
merupakan pengantar untuk dua utusan Banten bernama Kiai Ngabehi
Naya Wipraya dan Kiai Ngabehi Jaya Sedana. Tidak lama kemudian, Sultan
Ageng Tirtayasa mengirim surat kepada Raja Charles II meminta bantuan
berupa senjata dan mesiu untuk berperang melawan putranya yang
dibantu VOC.