Page 26 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.6
P. 26
26
Pangeran Diponegoro
Sumber Gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro
Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang
Jawa (Inggris:The Java War, Belanda: De Java Oorlog) adalah perang besar
dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa, Hindia
Belanda (sekarang Indonesia). Perang ini merupakan salah satu
pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa
pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah
pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang berusaha meredam
perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa,
sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara
Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir perang menegaskan
penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.
Berkebalikan dari perang yang dipimpin oleh Raden Ronggo sekitar
15 tahun sebelumnya, pasukan Jawa juga menempatkan masyarakat
Tionghoa di tanah Jawa sebagai target penyerangan. Namun, meskipun
Pangeran Diponegoro secara tegas melarang pasukannya untuk bersekutu
dengan masyarakat Tionghoa, sebagian pasukan Jawa yang berada di
pesisir utara (sekitar Rembang dan Lasem) menerima bantuan dari
penduduk Tionghoa setempat yang rata-rata beragama Islam.
Perseteruan pihak keraton Jawa dengan Belanda dimulai semenjak
kedatangan Marsekal Herman Willem Daendels di Batavia pada tanggal 5
Januari 1808. Meskipun ia hanya ditugaskan untuk mempersiapkan Jawa
sebagai basis pertahanan Prancis melawan Inggris (saat itu Belanda
dikuasai oleh Prancis), tetapi Daendels juga mengubah etiket dan tata
upacara yang menyebabkan terjadinya kebencian dari pihak keraton Jawa.
Ia memaksa pihak Keraton Yogyakarta untuk memberinya akses terhadap
berbagai sumber daya alam dan manusia dengan mengerahkan kekuatan
militernya, membangun jalur antara Anyer dan Panarukan, hingga
akhirnya terjadi insiden perdagangan kayu jati di daerah mancanegara
(wilayah Jawa di timur Yogyakarta) yang menyebabkan terjadinya
pemberontakan Raden Ronggo. Setelah kegagalan pemberontakan Raden
Ronggo (1810), Daendels memaksa Sultan Hamengkubuwana II
membayar kerugian perang serta melakukan berbagai penghinaan lain
yang menyebabkan terjadinya perseteruan antar keluarga keraton (1811).
Namun, pada tahun yang sama, pasukan Inggris mendarat di Jawa dan
mengalahkan pasukan Belanda.
[8]