Page 16 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 16
Penggelapan Warna karena Pengaruh Industri
Pada tahun 1986, Douglas Futuyma menerbitkan sebuah buku, The Biology of Evolution, yang diterima
sebagai salah satu sumber paling eksplisit menjelaskan teori evolusi melalui seleksi alam. Contohnya yang
paling terkenal adalah mengenai warna populasi ngengat, yang tampak menjadi lebih gelap selama Revolusi
Industri di Inggris.
Menurut kisahnya, pada awal Revolusi Industri di Inggris, warna kulit batang pohon di sekitar
Manchester benar-benar terang. Karena itu, ngengat berwarna gelap yang hinggap pada pohon-pohon tersebut
mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa, sehingga mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah.
Lima puluh tahun kemudian, akibat polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap, dan saat itu ngengat berwarna
cerah menjadi yang paling mudah diburu. Akibatnya, jumlah ngengat berwarna cerah berkurang, sementara
populasi ngengat berwarna gelap meningkat karena mereka tidak mudah terlihat. Evolusionis menggunakan ini
sebagai bukti kuat teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri di balik etalase dengan
menunjukkan bahwa ngengat berwarna cerah “telah berevolusi” menjadi ngengat berwarna gelap.
Seharusnya sudah sangat jelas bahwa keadaan ini sama sekali tidak dapat digunakan sebagai bukti teori
evolusi, karena seleksi alam tidak memunculkan bentuk baru yang sebelumnya tidak ada. Ngengat berwarna
gelap sudah ada dalam populasi ngengat sebelum Revolusi Industri. Yang berubah hanya proporsi relatif dari
varietas ngengat yang ada. Ngengat tersebut tidak mendapatkan sifat atau organ baru, yang memunculkan
“spesies baru”. Sedangkan agar seekor ngengat berubah menjadi spesies lain, menjadi burung misalnya,
penambahan-penambahan baru harus terjadi pada gen-gennya. Dengan kata lain, program genetis yang sama
sekali berbeda harus dimasukkan untuk memuat informasi mengenai sifat-sifat fisik burung.
Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan organ baru pada makhluk hidup, menghilangkan
organ, atau mengubah makhluk itu menjadi spesies lain. Hal ini sungguh bertentangan dengan khayalan
evolusionis. Bukti “terbesar” tadi dikemukakan karena Darwin hanya mampu mencontohkan “Melanisme
industri” pada ngengat-ngengat di Inggris.
Dapatkah Seleksi Alam Menjelaskan Kompleksitas?
Seleksi alam sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada teori evolusi, sebab mekanisme ini tidak
pernah mampu menambah atau memperbaiki informasi genetis suatu spesies. Seleksi alam juga tidak
dapat mengubah satu spesies menjadi spesies lain: bintang laut menjadi ikan, ikan menjadi katak, katak menjadi
buaya, atau buaya menjadi bu-rung. Seorang pendukung fanatik teori punctuated equilibrium, Gould,
menyinggung kebuntuan seleksi alam ini sebagai berikut:
Intisari Darwinisme terdapat dalam sebuah kalimat: seleksi alam merupakan kekuatan yang menciptakan
perubahan evolusi. Tak ada yang menyangkal bahwa seleksi alam akan berperan negatif dengan menghilangkan
individu-individu yang lemah. Menurut teori Darwin, itu berarti pula seleksi alam memunculkan individu-
2
individu kuat.