Page 17 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 17
Evolusionis juga menggunakan metode menyesatkan lainnya dalam masalah seleksi alam: mereka
berusaha menampilkan mekanisme ini sebagai “perancang yang memiliki kesadaran”. Akan tetapi, seleksi alam
tidak memiliki kesadaran. Seleksi alam tidak memiliki kehendak yang dapat menentukan apa yang baik dan
yang buruk bagi makhluk hidup. Karenanya, seleksi alam tidak dapat menjelaskan sistem-sistem biologis dan
organ-organ yang memiliki “kompleksitas tak tersederhanakan” (irreducible complexity). Sistem-sistem dan
organ-organ ini tersusun atas kerja sama sejumlah besar bagian, dan tidak berfungsi jika ada satu saja bagian
yang hilang atau rusak. (Contohnya, mata manusia tidak berfungsi kecuali jika semua detailnya ada). Jadi,
kehendak yang menyatukan bagian-bagian tersebut seharusnya mampu memperkirakan masa depan dan
langsung mengarah pada keuntungan yang perlu dicapai pada tahapan terakhir. Karena seleksi alam tidak
memiliki kesadaran atau kehendak, seleksi alam tidak dapat melakukan hal seperti itu. Fakta ini, yang juga
menghancurkan pondasi teori evolusi, telah membuat Darwin khawatir: “Jika dapat ditunjukkan suatu organ
kompleks, yang tidak mungkin terbentuk melalui banyak modifikasi kecil bertahap, maka teori saya
3
akan sepenuhnya runtuh.”
Seleksi alam hanya mengeliminir individu-individu suatu spesies yang cacat, lemah atau tidak mampu
beradaptasi dengan habitatnya. Mekanisme ini tidak dapat menghasilkan spesies baru, informasi genetis baru,
atau organ-organ baru. Dengan demikian, seleksi alam tidak mampu menyebabkan apa pun berevolusi. Darwin
menerima kenyataan ini dengan mengatakan: “Seleksi alam tidak dapat melakukan apa pun sampai variasi-
4
variasi menguntungkan berkebetulan terjadi”. Karena itulah neo-Darwinisme harus mengangkat mutasi
sejajar dengan seleksi alam sebagai “penyebab perubahan-perubahan menguntungkan”. Akan tetapi, seperti
yang akan kita lihat, mutasi hanya dapat men-jadi “penyebab perubahan-perubahan merugikan”.
Mutasi
Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi pada molekul DNA, yang terdapat
dalam inti sel makhluk hidup dan berisi semua informasi genetis. Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan
pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap mutasi adalah “kecelakaan” dan merusak
nukleotida-nukleotida yang membangun DNA atau mengubah posisinya. Hampir selalu, mutasi menyebabkan
kerusakan dan perubahan yang sedemikian parah sehingga tidak dapat diperbaiki oleh sel tersebut.
Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis, bukan tongkat sihir yang dapat mengubah
makhluk hidup ke bentuk yang lebih maju dan sempurna. Akibat langsung mutasi sungguh berbahaya.
Perubahan-perubahan akibat mutasi hanya akan be-rupa kematian, cacat dan abnormalitas, seperti yang dialami
oleh penduduk Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Alasannya sangat sederhana: DNA memiliki struktur
teramat kompleks, dan pengaruh-pengaruh yang acak hanya akan menyebabkan kerusakan pada struktur
tersebut. B.G. Ranganathan menyatakan:
Mutasi bersifat kecil, acak dan berbahaya. Mutasi pun jarang terjadi dan kalau-pun terjadi, kemungkinan
besar mutasi itu tidak berguna. Empat karakteristik mutasi ini menunjukkan bahwa mutasi tidak dapat mengarah
pada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak pada organisme yang sangat terspesialisasi
bersifat tidak berguna atau membahayakan. Perubahan acak pada sebuah jam tidak dapat memperbaiki,